Elshinta.com - Perajin tahu tempe di Subang, Jawa Barat mengeluhkan kenaikan harga kedelai yang nyaris tanpa perhatian pemerintah. Dikatakan Bapak Hapid, salah seorang perajin tahu di Kompleks Kopti yang berada di RT 53 RW 18 Kelurahan Cigadung Subang, selama dua bulan terakhir fluktuasi harga kedelai terjadi dari Rp7.000 per kilogram menjadi kisaran Rp9.000-an per kilogram.
Akibatnya, selama itu dirinya mengalami kerugian jutaan rupiah. Kegiatan produksi selama dua bulan itu hanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. “Dan kita harus memenuhi kebutuhan para karyawan yang berjumlah 4 orang,” ujar Hapid kepada Kontributor Elshinta.com, Teddy Widara, Sabtu (9/1).
Kemudian dia mengharapkan pemerintah segera melakukan tindakan meyelamatkan perajin dari lonjakan harga yang sangat signifikan. “Harusnya pemerintah jangan tinggal diam. Ini dolar (AS) gak naik. Kenapa (harga) kedelai naik? Ini ada apa?” katanya dengan nada masygul.
Dia meyesalkan sehingga masyarakat kecil menjadi sulit menikmati tahu dan tempe. Maka dari itu dia mengharapkan pemerintah segera turun tangan untuk mengendalikan harga kedelai. “Coba menteri ekonomi itu harus cepat tanggap. Jangan tinggal diam aja. Padahal sudah banyak keluhan. Kenapa dia aja?” imbuhnya.
Kenaikan harga kedelai yang terjadi selama dua bulan lalu dari kisaran tujuh ribu rupiah menjadi sembilan ribu rupiah. Itu fluktuasi berubahnya sampai harian. Untuk harga hari ini mencapai Rp9.300 per kilogram. “Kita gak tahun besok berapa harganya?” keluhnya.
Akibat kenaikan tersebut Hapid menyebutkan sekarang dirinya hanya mampu menyetok bahan kedelai 3 kwintal. “Padahal biasanya kami bisa menyetok bahan kedelai satu ton,” pungkasnya.