Akses terputus, Kemenko Infrastruktur bangun jembatan perintis di Aceh

Update: 2025-12-26 04:41 GMT

Kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan mengirimkan bantuan logistik serta tim ahli untuk mempercepat penanganan dampak banjir bandang dan longsor di wilayah utara Sumatera melalui Pelabuhan Belawan Medan. Foto : Radio Elshinta Endang Suddrajat

Elshinta Peduli

Kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan mengirimkan bantuan logistik serta tim ahli untuk mempercepat penanganan dampak banjir bandang dan longsor di wilayah utara Sumatera, khususnya Aceh Tamiang. Bantuan tersebut tiba di Pelabuhan Belawan, Medan, dan segera didistribusikan ke lokasi terdampak. Staf Khusus kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan bidang Percepatan Pembangunan Irjen Pol Arif Rachman menjelaskan langkah ini merupakan tindak lanjut langsung dari instruksi Menteri Koordinator Infrastruktur, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

“Bapak Menko memerintahkan kami berangkat dengan tim ahli berjumlah 26 personel, membawa bantuan logistik untuk langsung mengakselerasi penanganan di titik-titik krusial,” ujar Arif Rachman dalam wawancara di Radio Elshinta, Jumat (26/12/2026).

Arif Rachman menjelaskan salah satu fokus utama penanganan darurat adalah pemulihan konektivitas wilayah yang terisolasi akibat putusnya jembatan. Kemenko Infrastruktur menyiapkan jembatan perintis di Desa Lubuk Sidup, Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang, dengan bentang mencapai 250 meter.

“Bentang jembatan ini lebih dari 100 meter, sehingga sementara kami gunakan metode jembatan perintis agar konektivitas antarwilayah kembali tersambung,” jelas Arif.

Ditambahkannya jembatan perintis tersebut dirancang dapat dilalui pejalan kaki, kendaraan roda dua, serta gerobak logistik, sehingga distribusi bantuan dari Aceh Tamiang ke wilayah Aceh Timur bisa segera berjalan. Selama pembangunan berlangsung, pengiriman logistik masih dilakukan menggunakan perahu karet.

Elshinta Peduli

Selain jembatan, tim juga membawa instalasi air bersih bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Sistem ini memanfaatkan air sungai yang diproses melalui pompa portable dan penampungan, lalu diendapkan selama 20–25 menit.

“Air hasil olahan ini minimal bisa digunakan untuk kebutuhan MCK. Untuk konsumsi minum masih diperlukan proses tambahan oleh tim Kemenkes,” kata Arif.

Kemenko Infrastruktur juga membawa contoh rumah modular knockdown berbahan beton ringan. Rumah ini dirancang agar mudah dirakit dan mempercepat proses pembangunan hunian sementara bagi warga terdampak.

“Ini masih rumah contoh. Fokus utama kami saat ini tetap jembatan dan konektivitas agar logistik cepat tersalurkan,” ujarnya.

Meski bantuan juga disiapkan untuk wilayah Sumatera Utara dan Sumatera Barat, Arif menegaskan Aceh menjadi prioritas utama, terutama Aceh Tamiang, karena masih banyak daerah yang terisolasi.

“Secara umum semua wilayah mendapat prioritas, tetapi Aceh memang membutuhkan percepatan penanganan saat ini,” katanya.

Arif memaparkan distribusi bantuan dilakukan melalui jalur laut menggunakan KRI Semarang, yang bergerak dari Pantai Timur menuju Lhokseumawe, lalu berlanjut ke wilayah Pantai Barat seperti Nagan Raya. Arif menekankan bahwa penanganan bencana dilakukan bertahap, dimulai dari fase tanggap darurat, sebelum masuk ke rehabilitasi dan rekonstruksi.

“Prinsipnya ada tiga: quick response, build better, dan accessible. Tapi semua itu butuh waktu, perencanaan matang, serta kolaborasi lintas kementerian,” ujarnya.


Untuk saat ini, Kemenko Infrastruktur bersama Kementerian PUPR telah menurunkan puluhan alat berat guna membuka akses jalan dan membersihkan material banjir. Penanganan fasilitas publik seperti sekolah dan rumah sakit juga akan menjadi prioritas pada tahap berikutnya.


“Ini misi kemanusiaan. Kami siap bolak-balik Jakarta–Medan–Aceh demi memastikan bantuan sampai dan penanganan berjalan,” tutupnya.

Tags:    
Elshinta Peduli

Similar News