FPTP dan PKB upayakan modernisasi Pesantren lewat lomba baca Kitab Kuning
Elshinta/ ADP
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melalui Forum Percepatan Transformasi Pesantren (FPTP) menegaskan komitmennya dalam mendorong modernisasi dan penguatan peran pesantren menjelang peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2026. Komitmen ini diwujudkan lewat berbagai program strategis, termasuk lomba membaca kitab kuning yang tidak hanya berorientasi pada pelestarian tradisi keilmuan klasik, tetapi juga sebagai pintu masuk transformasi pesantren di era modern.
Direktur FPTP Saifullah Maksum menjelaskan, forum ini lahir sebagai respons atas berbagai tantangan besar yang dihadapi dunia pesantren saat ini. Mulai dari perubahan sosial yang cepat, tuntutan peningkatan kualitas pendidikan, hingga berbagai musibah yang secara tidak terduga menimpa sejumlah pesantren. “Kami sangat sadar, dunia pesantren sedang menghadapi banyak ujian. Tapi momentum ini harus menjadi titik tolak bagi pesantren untuk bangkit dan memperkuat peran strategisnya di tengah masyarakat,” ujarnya di Kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Rabu (15/10/2025).
Saifullah mencatat, Indonesia memiliki lebih dari 40 ribu pesantren yang tersebar di berbagai daerah. Jumlah besar ini menjadi potensi sekaligus tantangan. Karena itu, transformasi pesantren tidak bisa lagi ditunda. “Pesantren bukan hanya pusat pendidikan agama, tapi juga pusat peradaban dan pembangunan masyarakat. Maka kita harus berani melakukan percepatan perubahan,” tegasnya.
Sebagai bentuk konkret, FPTP menggelar lomba membaca kitab kuning yang menjadi salah satu pilar tradisi keilmuan pesantren. Tiga kitab klasik yang dilombakan adalah Ahkam al-Sulthaniyyah karya al-Mawardi, Ghiyatsul Umam karya Al-Juwaini, dan Siyasah al-Syar’iyyah karya Ibn Taymiyyah tiga karya penting yang membahas pemikiran politik Islam.
Topik kajian lomba meliputi konsep imamah dan kekuasaan dalam Islam, hubungan agama dan negara, prinsip keadilan dan kemaslahatan, partisipasi politik dalam perspektif syariah, hingga peran ulama dalam struktur kekuasaan. “Melalui kajian ini, kami ingin santri tak hanya mampu memahami teks klasik, tapi juga mengontekstualisasikannya dengan kondisi sosial-politik saat ini,” jelas Saifullah.
Dewan juri lomba akan diisi oleh tokoh-tokoh penting, mulai dari Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang mewakili perspektif praktisi politik sekaligus santri, hingga Mahfud Md dan sejumlah kiai muda serta intelektual pesantren. “Mereka akan menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas, agar pemikiran para santri relevan dengan tantangan zaman,” imbuhnya.
Bagi FPTP, lomba kitab kuning ini bukan sekadar ajang intelektual, melainkan langkah strategis memperkuat posisi pesantren sebagai institusi pendidikan keagamaan yang terbuka terhadap inovasi. “Transformasi pesantren adalah kunci agar pesantren tidak hanya bertahan, tapi menjadi motor perubahan bangsa,” tutup Saifullah.
(Arie Dwi Prasetyo)