Indonesia dorong kolaborasi riset islam dunia lewat AICIS 2025 di UIII

UIII tuan rumah AICIS 2025, kolaborasi 31 negara bahas solusi krisis global dari perspektif Islam. Perkuat diplomasi & riset intelektual Muslim dunia.

Update: 2025-10-30 03:12 GMT

Elshinta/ ADP

Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) menjadi tuan rumah pertemuan intelektual Islam dunia dalam Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-24, yang tahun ini melibatkan akademisi dan peneliti dari 31 negara. Forum internasional tersebut menjadi wadah kolaborasi lintas batas dalam membahas peran Islam menghadapi berbagai krisis kemanusiaan dan tantangan global.

Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Kamaruddin Amir, menyebut AICIS tahun ini berbeda karena mengusung format “AICIS Plus”, dengan tema yang dinilai sangat aktual dan responsif terhadap isu-isu kemanusiaan, kebangsaan, dan global.

“Kita mencoba menerjemahkan bagaimana nilai-nilai Islam bisa kontributif, bisa engage dalam merumuskan solusi persoalan kemanusiaan, kebangsaan, dan global. Misalnya, bagaimana nilai-nilai Islam bisa berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim melalui konsep ekoteologi,” ujar Kamaruddin Amir dalam pembukaan AICIS 2025 di kampus UIII, Depok, Rabu (29/10/2025)

AICIS 2025 menyoroti bagaimana nilai-nilai keagamaan dapat diaktualisasikan untuk kemaslahatan bersama mulai dari pelestarian alam, perdamaian global, hingga penguatan tata kelola sosial yang adil dan inklusif.

Menurut Kamaruddin, keterlibatan 31 negara dalam AICIS menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu pusat pertemuan intelektual Muslim dunia, serta menunjukkan peran aktif Indonesia dalam percaturan pemikiran Islam internasional.

“Kita ingin mengkapitalisasi nilai-nilai agama untuk mendatangkan kemaslahatan dalam kehidupan global. Seluruh makalah yang dipresentasikan akan diterbitkan dalam jurnal-jurnal bereputasi internasional agar bisa dibaca luas dan berdampak secara global,” jelasnya.

Kamaruddin menambahkan, AICIS juga menjadi momentum memperkuat riset kolaboratif antaruniversitas internasional, baik dalam bidang teologi, sosial, maupun lingkungan.

“Riset kolaborasi adalah karakter pencarian ilmu. Itu sudah berjalan dan akan terus kita tingkatkan. UIII kita harapkan menjadi medium soft diplomacy budaya dan agama Indonesia di dunia,” ujarnya.

Melalui forum ini, Kementerian Agama berharap dampak AICIS tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga nyata dalam tindakan sosial dan lingkungan. Salah satu contoh konkret adalah gerakan menanam pohon yang digagas sebagai simbol komitmen menjaga bumi sebagai rumah bersama umat manusia.

AICIS ke-24 berlangsung selama beberapa hari dengan menghadirkan tujuh tema besar yang membahas isu-isu global dan kemanusiaan dari perspektif Islam. Kegiatan ini diikuti oleh para akademisi, peneliti, dan pemimpin lembaga pendidikan dari berbagai negara, memperkuat posisi UIII sebagai simpul dialog dan kerja sama intelektual Muslim dunia.

(Arie Dwi Prasetyo)

Tags:    

Similar News