Indonesia fokus pada penguatan komitmen iklim di Belém

Update: 2025-11-07 02:00 GMT

Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Perubahan Iklim Hashim Djojohadikusumo (kanan) menyampaikan pernyataan pemerintah Indonesia dalam Belém Leader Summit di Belém, Brasil, Kamis (6/11) waktu setempat. Belém Leader Summit merupakan pertemuan pendahuluan jelang Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-bangsa ke-30 (COP30), yang mempertemukan para pemimpin dunia untuk membahas isu-isu perubahan iklim. (ANTARA/HO-KemenLH)

Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Perubahan Iklim Hashim Djojohadikusumo saat menghadiri Belém Leader Summit di Belém, Brasil, menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen memperkuat iklim nasional.

"Indonesia datang ke Belém dengan pesan yang jelas. Kami tetap berkomitmen untuk memperkuat komitmen iklim nasional kami, dan siap bekerja sama dengan semua negara untuk mewujudkan aksi iklim yang nyata, inklusif, dan ambisius," kata Hashim Djojohadikusumo di Belém, Brasil, Kamis (6/11) waktu setempat.

Pihaknya memimpin delegasi RI dalam Belém Leader Summit, jelang Konferensi ke-30 Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-bangsa (COP30).

"Saya sebagai Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk Iklim dan Energi, mewakili Presiden Prabowo Subianto yang berhalangan hadir di konferensi para pihak yang terhormat ini," kata dia.

Menurut dia, Presiden Prabowo Subianto di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk mematuhi Perjanjian Paris guna mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat.

"Indonesia juga berkomitmen untuk mencapai target pertumbuhan yang lebih tinggi, yaitu 8 persen, secara berkelanjutan. Strategi pertumbuhan hijau kami tercermin dan terukir dalam Kontribusi Nasional Kedua (SNDC). Kami menetapkan target setara CO2 sebesar 1,2 GT pada skenario rendah dan 1,5 GT pada skenario tinggi pada tahun 2035," katanya.

Dalam Belém Leader Summit, adik Presiden RI itu juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk mencapai target energi terbarukan yang lebih tinggi, mencapai 23 persen dari bauran energi pada tahun 2030.

"Dan pengembangan teknologi lain seperti tenaga nuklir sebagai bagian dari transisi energi bersih kami," kata Hashim Djojohadikusumo.

Dalam Belém Leader Summit, Hashim Djojohadikusumo didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq dan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni.

Belém Leader Summit merupakan pertemuan pendahuluan jelang Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-bangsa ke-30 (COP30).

Belém Leader Summit yang berlangsung pada 6 dan 7 November 2025 ini mempertemukan para pemimpin dunia untuk membahas isu-isu perubahan iklim.

Tags:    

Similar News