KPID Sumsel dan UIN Raden Fatah gelar seminar literasi media

Praktisi media ajak mahasiswa berani tampil dan komunikatif di depan publik

Update: 2025-11-13 02:57 GMT

KPID Sumatera Selatan bersama Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang menggelar Seminar Literasi Media bertema “Pentingnya Memiliki Media Penyiaran yang Tepat” Rabu, (12/11/2025). Foto : Radio Elshinta Palembang

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sumatera Selatan bersama Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang menggelar Seminar Literasi Media bertema “Pentingnya Memiliki Media Penyiaran yang Tepat” di Palembang, Rabu, (12/11/2025). Acara ini menghadirkan 3 narasumber berpengalaman di bidang komunikasi dan penyiaran, serta diikuti para mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Kegiatan dibuka oleh Ketua KPID Sumsel, Herfriady, yang menekankan pentingnya pemahaman literasi media di kalangan generasi muda agar mampu menjadi pengguna media yang cerdas dan bertanggung jawab. Ia menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi wadah edukatif untuk memperkuat sinergi antara dunia pendidikan dan lembaga penyiaran.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Ketua KPID Sumsel, Hasandri Agustiawan, memaparkan materi tentang ciri media penyiaran yang baik. Ia menjelaskan bahwa media yang layak dipercaya adalah media yang akurat, bermanfaat, memiliki izin resmi, serta berbadan hukum. “Anak muda harus tahu membedakan mana media yang sehat dan mana yang menyesatkan. Jangan sampai terjebak dalam konten yang tidak memiliki dasar hukum,” tegas Hasandri.

Sementara itu, praktisi penyiaran Ariek Kristo, yang juga Kepala Redaksi Radio Elshinta Palembang, menyampaikan materi bertajuk “Public Speaking Class: Tampil, Sampaikan, dan Maksimalkan”. Dalam pemaparannya, Ariek menjelaskan bahwa kemampuan berbicara di depan umum bukan hanya soal gaya bicara, tetapi tentang bagaimana seseorang mampu membangun komunikasi yang efektif dengan audiens.

“Public speaking itu tidak hanya tentang berbicara, tetapi tentang bagaimana kita menyampaikan pesan dengan makna dan arah komunikasi yang jelas,” ujar Ariek di hadapan peserta seminar. Ia juga menegaskan bahwa kemampuan ini penting dimiliki oleh semua kalangan, karena bisa diterapkan di berbagai momen kehidupan baik di dunia akademik, pekerjaan, maupun kegiatan sosial.

Ariek juga menyoroti penyebab umum glossophobia atau rasa takut berbicara di depan umum, seperti rasa ragu, malu, pesimis, hingga kurangnya keterampilan. Ia kemudian membagikan beberapa trik untuk mengatasi rasa takut tersebut, antara lain: menguasai diri sendiri dengan menyingkirkan persepsi negatif, menumbuhkan rasa bahagia melalui senyuman, memahami materi yang akan disampaikan, serta menguasai teknik penyajian dan memperhatikan penampilan.

Tak hanya itu, ia juga memberikan tips persiapan sebelum tampil berbicara di depan publik, mulai dari memahami acara dan audiens, mengenali lokasi kegiatan, hingga pentingnya bersikap ramah dan percaya diri. Dalam sesi praktik, Ariek bahkan menjelaskan cara menggunakan berbagai jenis mikrofon dengan benar mulai dari mic wireless, clip-on, hingga mic mimbar agar suara tersampaikan dengan optimal kepada pendengar.

“Yang paling penting, pahami konteks apa yang ingin disampaikan dan rangkai kata-kata dengan jelas. Public speaking bukan tentang siapa yang paling keras berbicara, tapi siapa yang paling mampu membuat audiens memahami pesan kita,” tutup Ariek.

Acara berlangsung interaktif dengan partisipasi aktif mahasiswa yang mencoba praktik berbicara langsung di depan audiens. Seminar kemudian ditutup dengan sesi tanya jawab dan foto bersama antara pihak KPID Sumsel, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, serta seluruh peserta.

Ariek K/Riska 

Tags:    

Similar News