Pakar BRIN: Potensi hujan ekstrem di Bandung menguat saat libur Nataru

Masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan terutama menjelang dan selama libur Nataru hingga pertengahan Januari 2026

Update: 2025-12-08 05:18 GMT

Banjir di Dayeuhkolot Kab Bandung, Jabar, November 2025. Foto : Dokumentasi Radio Elshinta Bandung

Potensi hujan ekstrem di wilayah Bandung dan sekitarnya diperkirakan masih akan berlanjut dalam beberapa pekan ke depan. Peneliti utama BRIN bidang cuaca dan iklim ekstrem, Prof. Dr. Erma Yulihastin, menyampaikan bahwa peningkatan curah hujan terutama akan terjadi pada dasarian ketiga Desember 2025, yang bertepatan dengan periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Pada fase ini, curah hujan berpotensi mencapai 500 milimeter.

“Berdasarkan prediksi yang dikembangkan sejak enam bulan lalu, potensi hujan ekstrem akan terus terjadi, khususnya di Bandung bagian barat, tengah, dan utara. Mulai 21 sampai 31 Desember, curah hujan berpotensi menembus 500 milimeter,” ujar Prof. Erma kepada Elshinta Bandung, Senin (8/12/2025).

Ia menambahkan bahwa wilayah dengan risiko tertinggi berada di Jawa Barat bagian tengah, khususnya Purwakarta dan Kota Bandung. Namun, intensitas hujan paling tinggi tercatat di Bandung. Sepanjang November 2025, curah hujan di kota ini mencapai 400–500 milimeter, memicu banjir di kawasan selatan serta longsor di wilayah utara. Kondisi tersebut, menurut Prof. Erma, belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Intensitas hujan diperkirakan akan sedikit menurun pada awal Januari 2026, namun kembali meningkat pada pertengahan hingga akhir bulan dengan potensi mencapai sekitar 400 milimeter.

“Hujan ekstrem di Jawa Barat, khususnya Purwakarta dan Bandung, masih berlanjut. Dampak banjir dan longsor yang terjadi kemarin merupakan akumulasi dari curah hujan tinggi. Awal Januari ada jeda sedikit, tetapi mulai tanggal 11 hingga akhir bulan, curah hujan naik lagi,” jelasnya.

Prof. Erma memaparkan bahwa tingginya curah hujan di Bandung dipengaruhi oleh suhu permukaan laut yang ekstrem di perairan selatan Jawa, dekat Pelabuhan Ratu. Suhu laut yang hangat meningkatkan pembentukan uap air yang kemudian terbawa angin menuju wilayah Bandung.

Ketika uap air memasuki kawasan Bandung yang dikelilingi pegunungan dataran tinggi, terjadi interaksi orografis yang memperkuat intensitas hujan. Kondisi ini membuat curah hujan di Bandung lebih tinggi dibandingkan wilayah lain seperti Bogor dan Jakarta.

“Ada prediksi terbentuknya badai vortex di perairan selatan dekat Pelabuhan Ratu. Suhu permukaan laut ekstrem di area itu menjadi pemicu utama. Ketika uap air bergerak ke Bandung, interaksi dengan pegunungan meningkatkan intensitas hujan secara signifikan,” jelasnya.

Dengan kondisi atmosfer seperti ini, masyarakat di Bandung, Purwakarta, serta wilayah Jawa Barat lain yang rawan banjir dan longsor diimbau tetap meningkatkan kewaspadaan, terutama menjelang dan selama libur Nataru hingga pertengahan Januari 2026.

Nico Aquaresta

Tags:    

Similar News