Pemerintah buka peluang perdagangan karbon COP30 di Brasil
Sumber foto: M Irza Farel/elshinta.com.
Elshinta.com - Pemerintah Indonesia akan manfaatkan peluang perdagangan karbon sebagai salah satu agenda utama dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) di Belém, Brasil, November tahun ini.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup/Wakil Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono mengatakan Indonesia memanfaatkan acara seller bertemu pembeli di COP30 guna mendorong transaksi karbon. Hal itu dikatakan usai Ditemui setelah rapat persiapan delegasi Republik Indonesia untuk COP30 Brasil di Jakarta, Rabu.
"Kita akan fokus pada penjualan, karena ada sesi khusus di mana kita bisa menjelaskan dan mendorong agar terjadinya penjualan karbon," Kata Diaz seperti dilaporkan Reporter Elshinta, M Irza Farel, Kamis (28/8).
Diketahui Sudah ada beberapa negara yang tertarik dengan perdagangan karbon Indonesia, mulai dari Jepang, Korea Selatan hingga Norwegia. "Beberapa negara sudah menunjukkan ketertarikan, termasuk Norwegia yang siap membeli sekitar 12 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO₂e)," Kata Diaz.
Namun, skema kerja sama yang ditawarkan Norwegia tidak berupa pembelian langsung, melainkan melalui investasi proyek energi terbarukan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
“Norwegia itu nanti bersedia untuk mensubsidi proyek solar panel yang secara ekonomi belum layak, agar proyek tersebut bisa berjalan,” kata Diaz.
Sementara itu Diaz mengungkapkan, komitmen pendanaan iklim yang kerap dijanjikan negara maju belum sepenuhnya terlaksana. Hal ini akan dibahas dalam Konferensi Perubahan Iklim atau Conference of the Parties (COP30) 2025. Salah satu bentuk komitmen yang belum berjalan optimal adalah janji dalam Copenhagen Accord tahun 2009.
"Ada long term finance yang bilang Rp 100 miliar per tahun sampai 2020, tetapi tidak terealisasi atau terealisasi tetapi jumlahnya masih bisa di-dispute. Jadi ada gap antara janji dan realisasi", Lanjut Diaz.
Diaz menambahkan, pemerintah Indonesia juga menagih realisasi janji pendanaan baru yang dihasilkan pada COP29, yaitu New Collective Quantified Goal (NCQG) dengan kisaran nilai Rp 1,3 triliun per tahun untuk negara berkembang.
Dalam COP29 akan dibahas persoalan adaptasi iklim juga bakal menjadi perhatian.
“Sekarang dana adaptasi hanya sekitar 6 persen dibandingkan dengan mitigasi dan pembiayaan lainnya. Ini pasti akan dibicarakan juga dalam COP30,” Pungkas Diaz.