Sekolah Lansia hadir untuk kurangi rasa sepi para orang tua
Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji (berkemeja putih) bersama sang istri di sebelah kirinya saat mewisuda salah satu siswa Sekolah Lansia di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, pada Kamis (4/12/2025). ANTARA/HO-Kemendukbangga/BKKBN.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Wihaji mengatakan Sekolah Lanjut Usia (Lansia) mencegah penduduk menua kesepian, mengingat saat ini Indonesia memasuki era populasi menua (aging population) dengan jumlah lansia melebihi 10 persen.
Hal tersebut disampaikan Wihaji saat meluncurkan program Lansia Berdaya (Sidaya) di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, pada Kamis (4/12) yang bertujuan untuk memotivasi lansia agar tetap produktif dan berkontribusi bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
"Sekolah lansia merupakan bagian dari jawaban untuk memberikan ruang mereka berkegiatan, karena sebagian dari lansia hidup dalam kesepian," katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
Wihaji menjelaskan kehadiran pemerintah dalam program Sidaya ditandai dengan dibentuknya sekolah lansia di Bina Keluarga Lansia (BKL) oleh Kemendukbangga/BKKBN, lansia entrepreneur (wirausaha), dan kartu lansia.
Dalam Sidaya, terdapat fasilitas pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit yang tidak menunjukkan gejala, mengidentifikasi lansia aktif dan membutuhkan pendampingan Perawatan Jangka Panjang (PJP).
Selanjutnya, pelatihan dan pendampingan PJP berbasis keluarga, penyediaan akses untuk lansia yang membutuhkan pendampingan PJP di dalam BKL, Sekolah Lansia di BKL, serta penyediaan akses untuk lansia yang tergabung di dalam Sekolah Lansia sebagai wadah pembelajaran jangka panjang.
Kemudian, juga terdapat lansia entrepreneur untuk meningkatkan kapasitas pelatihan ekonomi produktif yang bertujuan menjadikan lansia aktif dan produktif di berbagai bidang usaha. Selain itu, Kemendukbangga/BKKBN juga menyediakan kartu Sidaya atau identitas lansia yang memberikan akses pelayanan kepada lansia dalam memperoleh hak-hak mereka.
Wihaji menegaskan negara harus hadir di tengah keluarga sebagai bentuk kepedulian. "Presiden menyampaikan jangan banyak seminar, tapi cek langsung ke lapangan untuk mengetahui kondisi mereka," ucap Wihaji.
Data Statistik Penduduk Lanjut Usia (BPS, 2024) menyebutkan, proporsi penduduk lansia di Indonesia mencapai 12 persen dari total populasi 268 juta jiwa. Hal ini berarti Indonesia telah memasuki era penduduk menua.
Fenomena tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendukung bonus demografi, artinya lansia dipandang sebagai kontributor pembangunan apabila lansia memiliki produktivitas bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Namun, berdasarkan data BPS 2024, sekitar dua dari lima (42,81 persen) lansia mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir dengan angka morbiditas 20,71 persen. Maka, tugas besar untuk mewujudkan lansia yang sehat, aktif dan produktif perlu dilakukan lintas sektor melalui program Sidaya.