Gajah Sumatra Mati terjebak jerat sawit di Leuser
Foto tragis dari Leuser memotret gajah Sumatra kritis yang tewas akibat jerat di area ekspansi kebun sawit.
nhm.ac.uk
Seekor gajah Sumatra ditemukan mati setelah terjebak dalam jerat sawit di kawasan Ekosistem Leuser, Sumatra. Tragedi ini kembali menyoroti tekanan berat terhadap satwa kritis akibat ekspansi kebun sawit dan penyusutan habitat alami mereka.
Fotografer konservasi Paul Hilton mengabadikan momen memilukan ini sekitar tahun 2020 di Ekosistem Leuser, salah satu benteng terakhir bagi gajah Sumatra yang berstatus critically endangered. Kawasan ini juga menjadi rumah bagi harimau, orangutan, dan badak Sumatra yang sama-sama terancam punah.
Tragedi gajah yang terjerat ini bukan kasus tunggal. Ekspansi perkebunan sawit terus memangkas ruang hidup satwa liar hingga lebih dari 70 persen selama beberapa dekade terakhir. Tekanan itu memaksa gajah keluar dari hutan dan memasuki area perkebunan serta pemukiman, meningkatkan risiko konflik dengan manusia maupun jerat-jerat yang dipasang untuk melindungi kebun.
Data terbaru menunjukkan bahwa sejak awal 2024, lebih dari 1.585 hektare hutan hilang di kawasan penting konservasi Sumatra. Hilangnya habitat ini membuat satwa kian tersudut dan rentan terhadap bahaya, termasuk jerat pemburu maupun pemasangan perangkap liar.
Sementara itu, Pemerintah Indonesia meningkatkan patroli dan monitoring melalui berbagai program perlindungan satwa, terutama di Taman Nasional Tesso Nilo. Meski begitu, ketegangan masih terjadi antara warga lokal dan pihak konservasi karena perebutan ruang hidup, akses lahan, dan keberadaan satwa yang memasuki kebun.
Para pemerhati lingkungan menilai bahwa penyelamatan gajah Sumatra membutuhkan pendekatan menyeluruh: penguatan penegakan hukum terhadap jerat liar, restorasi hutan, regulasi ekspansi perkebunan, serta edukasi masyarakat setempat. Tanpa langkah cepat dan tegas, dikhawatirkan tragedi seperti ini akan terus terjadi dan mempercepat kepunahan satwa ikon Sumatra tersebut.