Amerika Serikat rancang transformasi Gaza jadi resor futuristik
Ilustrasi - Kehancuran di Jalur Gaza, Palestina. (ANTARA/Anadolu/py/am.)
Menantu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Jared Kushner, bersama utusan khusus AS Steve Witkoff, telah mempresentasikan draf rencana rekonstruksi Gaza berupa resor futuristik kepada para calon investor, demikian dilaporkan The Wall Street Journal.
Cetak biru resor futuristik yang diberi nama “Project Sunrise” disusun oleh Kushner dan Witkoff, berpotensi membuat Washington menanggung sekitar 20 persen dari sebagian biaya rekonstruksi Gaza selama periode sepuluh tahun, tulis surat kabar tersebut pada Jumat (19/12).
“Project Sunrise” menggambarkan Gaza sebagai sebuah kota metropolis berteknologi tinggi dengan resor mewah di tepi pantai, jalur kereta cepat, serta jaringan pintar yang dioptimalkan dengan kecerdasan buatan (AI).
Namun, draf rencana rekonstruksi tersebut tidak menyebutkan di mana 2 juta warga Palestina akan tinggal selama proyek berlangsung, menurut laporan surat kabar itu.
Kushner dan Witkoff disebut telah mempresentasikan draf proyek tersebut kepada para investor potensial dan pemerintah asing, termasuk Turki dan Mesir, tambah The Wall Street Journal.
Pada November, ekonom dari Unit Bantuan bagi Rakyat Palestina di Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), Rami Alazzeh, mengatakan bahwa proses pembersihan wilayah Jalur Gaza dari amunisi yang belum meledak dapat memakan waktu hingga 10 tahun.
Jika pembersihan puing-puing dilakukan pada kecepatan yang sama, dibutuhkan sekitar 22 tahun untuk sepenuhnya menyingkirkan puing-puing di Jalur Gaza, ujar koordinator program UNCTAD yang mendukung rakyat Palestina, Mutasim Elagraa.
Pada Oktober, Perwakilan Khusus Program Pembangunan PBB (UNDP) untuk Program Bantuan bagi Rakyat Palestina, Jaco Cilliers, mengatakan bahwa berdasarkan perkiraan UNDP, sedikitnya 50 juta ton puing harus dipindahkan dari Gaza.
Dia juga mengatakan bahwa rekonstruksi Jalur Gaza akan memerlukan dana sekitar 70 miliar dolar AS (sekitar Rp1.168 triliun).
Sumber: Sputnik/RIA Novosti-OANA


