Menlu Rusia puji rencana Gaza Trump: Diterima Arab, tak ditolak Israel
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/nym/aa.
Rencana Presiden AS Donald Trump untuk Jalur Gaza saat ini merupakan pilihan terbaik yang ada karena dapat diterima negara-negara Arab dan "tidak akan ditolak" Israel, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Rabu (8/10).
Sebelumnya pada 29 September, Trump meluncurkan rencana 20 poin untuk menyelesaikan konflik Gaza. Proposal tersebut antara lain menyerukan gencatan senjata segera dan pembebasan sandera dalam waktu 72 jam.
Kemudian pada 3 Oktober, gerakan Palestina Hamas menyatakan bahwa mereka telah setuju untuk menyerahkan pemerintahan Jalur Gaza kepada komite Palestina berdasarkan konsensus nasional.
"Presiden AS Donald Trump telah mengusulkan '20 poin', yang menyebutkan kata 'kenegaraan', tetapi semua ini dirumuskan secara umum. Dalam konteks ini, kita hanya berbicara tentang apa yang tersisa dari Jalur Gaza. Tepi Barat tidak disebutkan dalam konteks ini," ujar Lavrov dalam sebuah wawancara untuk proyek Bridges to the East.
"Namun, kami realistis. Kami memahami bahwa ini adalah hal terbaik yang ada di atas meja saat ini. Setidaknya, yang terbaik dari sudut pandang penerimaan bagi negara-negara Arab, 'tidak ditolak' oleh Israel, dan begitulah saya akan menggambarkan posisi (Perdana Menteri Israel) Benjamin Netanyahu," tambah Lavrov.
"Hukuman kolektif" terhadap seluruh rakyat Palestina atas serangan gerakan Palestina Hamas pada 7 Oktober merupakan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional, tegas Lavrov.
Trump pada Rabu mengumumkan bahwa kelompok perjuangan Palestina Hamas dan Israel telah menandatangani tahap pertama kesepakatan Gaza yang diusulkan AS.
"Saya sangat bangga untuk mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyepakati Tahap pertama Rencana Perdamaian kami".
Melalui platform Truth Social miliknya, Trump mengatakan bahwa ini artinya seluruh sandera akan segera dibebaskan dan Israel akan menarik pasukan mereka ke garis yang telah disepakati sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang kuat, kekal dan abadi.
Presiden AS itu juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh mediator, termasuk Turki, "yang telah bekerja bersama dengannya untuk menorehkan peristiwa bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya ini".
Sumber: Sputnik/RIA Novosti-OANA