Lifter muda Indonesia Luluk sumbang emas perdana SEA Games 2025 Thailand
Luluk Diana Triwijayana raih medali emas kelas 48 kilogram Sea Games 2025 Thailand. Foto dan Video : Prof Dikdik Zafar Sidik, M.Pd
Guru Besar Kondisi Fisik Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang juga Kepala Litbang dan Pusat Pengolahan Data PB PABSI, Prof. Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd mengapresiasi keberhasilan atlet hasil seleksi di luar pelatnas, salah satunya Luluk Diana Triwijayana, atlet asal Pacitan yang masih berstatus junior. Meski baru direkrut ke pelatnas setelah seleksi, Luluk dinilai memiliki prospek besar karena sebelumnya pernah menjadi juara dunia junior.
“Bukan mendadak sebenarnya. Luluk sudah kita pantau terus meski berlatih di daerah. Ada koordinasi dengan pelatih daerah agar pembinaannya tetap terjaga. Ini bukti pembinaan dari bawah sampai atas berjalan,” ujar Prof Dikdik yang tengah berada di Chonburi, Thailand, dalam wawancara di Elshinta News and Talk edisi pagi, Minggu (14/12/2025).
Tim angkat besi Indonesia mengawali persaingan di SEA Games ke-33 Thailand 2025 dengan hasil positif. Satu medali emas berhasil diraih pada kelas 48 kilogram, hasil dari strategi matang serta pembinaan atlet yang dilakukan secara berkelanjutan, termasuk melibatkan atlet hasil seleksi di luar pelatnas jangka panjang.
Prof. Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd, mengatakan keberhasilan tersebut tidak lepas dari kecermatan tim pelatih dalam mengatur strategi angkatan di ruang pemanasan.
“Perbedaan satu kilogram saja sangat berpengaruh. Ini bagian dari strategi pelatih saat memainkan angka angkatan, mirip seperti bermain bursa. Kita tidak boleh terpengaruh lawan, karena sudah punya rencana angkatan berdasarkan proses latihan,” ujar Prof Dikdik.
Ia menjelaskan, di ruang pemanasan terdapat pembagian peran yang jelas dalam tim pelatih. Ada yang mengatur pemanasan atlet, memantau angkatan lawan, hingga mencatat strategi kenaikan beban. Kesabaran pelatih dan kepatuhan atlet terhadap arahan menjadi kunci keberhasilan.
“Kalau salah menentukan kenaikan angkatan, risikonya besar. Alhamdulillah strategi berjalan baik, pelatih sabar, atlet mengikuti arahan,” katanya.
Perebutan posisi klasemen
Terkait persaingan di SEA Games, Prof Dikdik mengingatkan ancaman kuat dari Vietnam dan Thailand. Thailand sebagai tuan rumah menunjukkan kekuatan dengan meraih emas di kelas-kelas berikutnya, sementara Vietnam dinilai selalu konsisten dan berbahaya terutama memasuki hari-hari krusial pertandingan.
“Vietnam biasanya sangat kuat setelah hari ke-6 atau ke-7. Kita harus waspada. Tapi peluang menggeser Vietnam selalu ada kalau proses pembinaannya benar sejak awal, bukan hanya saat pembentukan kontingen,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya pembinaan jangka panjang atau Long Term Athlete Development (LTAD) untuk menjaga regenerasi atlet, sebagaimana yang telah dilakukan PB PABSI melalui kejuaraan pra-youth usia 12–14 tahun yang rutin digelar dalam empat tahun terakhir.
“Kalau kita mau prestasi jangka panjang, LTAD harus dipakai. Dari usia SD dan SMP sudah mulai dibina. Mudah-mudahan lahir atlet-atlet hebat seperti Rizki Juniansyah, Devano, dan lainnya di berbagai cabang olahraga,” ucap Prof Dikdik.
Menutup pernyataannya, Prof Dikdik menyampaikan apresiasi kepada seluruh atlet dan ofisial serta ucapan terima kasih kepada masyarakat Indonesia atas dukungan doa.
“Prestasi ini membanggakan karena mengharumkan nama bangsa. Terima kasih untuk seluruh rakyat Indonesia yang selalu mendoakan. Mudah-mudahan kami bersama para ofisial bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” pungkasnya.
Dwi Iswanto


