Pakar olah raga, Prof Dikdik: SEA Games 2025 masih terbuka, Indonesia waspadai Vietnam
Data Minggu pagi 14 Desember 2025 Kontingen Indonesia berada di posisi kedua raihan medali SEA Games 2025
Guru Besar Kondisi Fisik Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sekaligus Kepala Litbang dan Pusat Pengolahan Data PB PABSI, Prof. Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd. Foto : Istimewa
Persaingan di SEA Games ke-33 Thailand 2025 dinilai masih terbuka lebar meski sejumlah cabang olahraga telah mempertandingkan nomor-nomor awal. Guru Besar Kondisi Fisik Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sekaligus Kepala Litbang dan Pusat Pengolahan Data PB PABSI, Prof. Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd, mengingatkan Indonesia untuk tetap waspada, khususnya terhadap Vietnam. Kontingen Indonesia untuk sementara berada di posisi kedua raihan medali SEA Games 2025 berdasarkan data Minggu pagi 14 Desember 2025
Menurut Prof Dikdik, pengalaman panjang Vietnam di SEA Games menunjukkan kekuatan mereka biasanya semakin terlihat pada pertengahan hingga akhir kompetisi. “SEA Games ini masih separuh jalan. Biasanya Vietnam itu setelah hari ke-6, ke-7, atau ke-8 justru harus sangat kita waspadai. Dari awal pun mereka sering sudah berada di atas kita,” ujar Prof Dikdik dalam wawancara Elshinta News and Talk edisi pagi, Minggu (14/12/2025), dari Chonburi, Thailand.
Ia menilai dominasi Thailand sebagai tuan rumah saat ini merupakan hal yang lazim, sebagaimana yang kerap terjadi di ajang multievent kawasan. Namun, untuk perebutan juara umum, Vietnam tetap menjadi tolok ukur utama. Prof Dikdik mengingatkan, Vietnam menjadi juara umum pada SEA Games 2021 dan 2023, sehingga konsistensi mereka tidak bisa diabaikan.
Meski demikian, Prof Dikdik melihat peluang Indonesia untuk menggeser Vietnam tetap terbuka. Salah satunya melalui pengelolaan kontingen yang tidak hanya besar secara jumlah, tetapi juga berkualitas. Ia menyoroti korelasi antara kuantitas atlet dengan peluang prestasi, asalkan dibarengi proses seleksi dan pembinaan yang matang sejak awal persiapan.
“Jumlah besar itu harus hadir sejak fase persiapan, lalu ada screening dan seleksi, sehingga kontingen yang berangkat bukan hanya kuantitas, tetapi juga kualitas,” katanya.
Terkait negara lain, Prof Dikdik juga menyinggung Myanmar yang mulai menurunkan banyak atlet muda di beberapa cabang olahraga. Menurutnya, langkah tersebut patut diwaspadai karena bisa menjadi sinyal persiapan jangka panjang menuju SEA Games berikutnya, termasuk pada 2027 di Malaysia.
Ia menegaskan Indonesia sejatinya telah menempuh jalur serupa melalui pembinaan usia dini. Prof Dikdik mencontohkan pembinaan di cabang angkat besi yang telah menjalankan kejuaraan pra-youth usia 12–14 tahun secara konsisten selama empat tahun terakhir, serta pola serupa di cabang panjat tebing, di mana atlet sudah dibina sejak usia SD dan SMP.
“Kalau kita mau prestasi jangka panjang, Long Term Athlete Development harus dipakai. Harus digunakan secara konsisten. Dari situ mudah-mudahan lahir atlet-atlet hebat di berbagai cabang olahraga,” ujarnya.
Menutup pernyataannya, Prof Dikdik menyampaikan apresiasi atas perjuangan seluruh atlet dan ofisial Indonesia di SEA Games 2025. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Indonesia atas dukungan dan doa yang terus mengalir.
“Kami bangga dengan prestasi yang sudah diraih karena mengharumkan nama bangsa. Terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang selalu mendoakan. Mudah-mudahan kami bersama para ofisial bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” pungkasnya.
Dwi Iswanto


