Badan Bahasa revitalisasi 120 bahasa daerah di Indonesia
Atraksi budaya Dayak Kenyah, Kalimantan Timur. ANTARA/Ahmad Rifandi
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menggencarkan program revitalisasi terhadap 120 bahasa daerah di seluruh Indonesia untuk memperkuat jati diri bangsa di tengah arus globalisasi.
"Tiga di antaranya itu telah dilaksanakan revitalisasi di Kaltim yaitu bahasa Kenyah, bahasa Melayu Kutai, dan satu lagi bahasa Paser. Kemudian yang tahun ini ada tambahan yaitu di Kaltara bahasa Bulungan dan bahasa Tidung," kata Kepala Balai Bahasa Kaltim Asep Juanda di Samarinda, Jumat.
Asep menjelaskan bahwa di bawah naungan Balai Bahasa Kaltim saja terdapat 27 bahasa daerah yang tersebar di dua provinsi, dengan 16 bahasa di Kalimantan Timur dan 11 bahasa di Kalimantan Utara.
Upaya pelestarian ini menyasar generasi muda melalui Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI), yang mengemas penggunaan bahasa daerah dalam berbagai lomba menarik bagi siswa SD dan SMP.
Siswa diajak untuk berapresiasi dan menjadi penutur aktif kembali melalui lomba bercerita, menulis cerpen, mendongeng, hingga komedi tunggal menggunakan bahasa ibu masing-masing.
Kepala Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kemendikdasmen Hafidz Muksin menyatakan program revitalisasi ini merupakan wujud nyata dari slogan Tri Gatra Bangun Bahasa, yakni "Lestarikan Bahasa Daerah".
Slogan tersebut berjalan beriringan dengan pilar "Utamakan Bahasa Indonesia", yang diimplementasikan melalui program penguatan literasi secara masif di seluruh nusantara.
Pemerintah telah mencetak dan mendistribusikan lebih dari 21 juta eksemplar buku bacaan bermutu per tahun untuk dikirimkan ke sekolah-sekolah dengan tingkat literasi rendah.
Program ini terbukti berhasil meningkatkan indeks literasi di sekolah penerima manfaat berdasarkan data asesmen nasional, serta diperkuat dengan bantuan bagi 340 komunitas literasi pada 2023.
Pada saat yang sama, pilar ketiga yakni internasionalisasi bahasa Indonesia juga menunjukkan capaian gemilang dengan ditetapkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi sidang umum UNESCO.
Selain itu, Universitas Al-Azhar di Mesir juga membuka program studi khusus bahasa Indonesia mulai 20 September 2025, yang menandakan pengakuan global terhadap bahasa persatuan Indonesia.