Empat kelurahan di Bantul sandang predikat siaga tsunami

BPBD Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut empat kelurahan di pesisir selatan daerah ini telah menyandang predikat masyarakat siaga tsunami.

By :  Widodo
Update: 2025-09-28 14:20 GMT

Gelombang pasang yang terjadi di pantai selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ANTARA/Hery Sidik

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut empat kelurahan yang terletak di pesisir selatan daerah ini telah menyandang predikat masyarakat siaga tsunami yang mendapat pengakuan dari UNESCO.

"Di Bantul ada empat kelurahan yang sudah menyandang predikat masyarakat siaga tsunami atau tsunami ready community yang mendapatkan pengakuan dari UNESCO," kata Komandan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Bantul Aka Luk Luk Firmansyah di Bantul, Minggu.


Dia menyebut, empat kelurahan pesisir selatan Bantul tersebut adalah Kelurahan Gadingsari, Kecamatan Sanden, Kelurahan Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kelurahan Tirtohargo dan Kelurahan Parangtritis, Kecamatan Kretek.


Selain empat kelurahan tersebut, kata dia, terdapat pula satu kelurahan yaitu Gadingsari Sanden yang juga meraih predikat masyarakat siaga tsunami di tingkat nasional.


"Jadi, kalau yang sudah masyarakat siaga tsunami totalnya ada lima kelurahan termasuk Srigading, dengan predikat untuk nasionalnya," katanya.


Menurut dia, sebagai upaya menguatkan peran masyarakat dan lembaga dalam mitigasi tsunami, BPBD Bantul rutin dua tahun sekali menggelar simulasi evakuasi tsunami bertajuk Indian Ocean Wave Exercise (IOWave), yang pada 2025 digelar pada 25 September.


"Kegiatan yang diikuti lima kelurahan yaitu Gadingsari, Poncosari, Tirtohargo, Parangtritis dan Srigading itu diharapkan dapat menyegarkan kembali bagaimana peran lembaga dan masyarakat dalam upaya mitigasi tsunami," katanya.


Aka Luk Luk mengatakan yang menjadi kunci adalah masyarakat memahami gempa dan potensinya, bagaimana masyarakat memahami sistem peringatan dini tsunami sehingga mereka mampu melakukan respon secara mandiri di fase awal tersebut.


"Jadi, kuncinya adalah di masyarakat bagaimana memahami dan melakukan respon awal, bagaimana mereka melakukan penyelamatan saat gempa kemudian merespon peringatan dininya dan melakukan perintah ataupun tindakan evakuasi," katanya.

Similar News