Gubernur Jateng imbau masyarakat tingkatkan kewaspadaan bencana
Petugas melakukan penanganan bencana tanah longsor di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. ANTARA/HO-Pemprov Jateng
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi mengimbau seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terkait ancaman bencana alam yang terjadi di wilayah masing-masing, seiring tanah longsor yang terjadi di Cilacap.
"Kami imbau masyarakat di daerah lain supaya waspada, terutama daerah-daerah yang di pegunungan dan rawan longsor," katanya, di Semarang, Sabtu.
Peristiwa tanah longsor di Dusun Tarukan dan Dusun Cibuyut, Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, yang menyebabkan korban jiwa dan hilangnya puluhan warga menjadi duka seluruh masyarakat Jateng. Ia juga menginstruksikan kepada seluruh bupati dan wakil kota serta BPBD kabupaten/kota untuk terus melakukan mitigasi bencana, dan memetakan daerah-daerah rawan bencana alam di wilayahnya.
"Peta lokasi (rawan bencana, red.) agar itu bisa diberikan kepada masyarakat, sehingga mereka punya kewaspadaan," katanya.
Terkait penanganan bencana tanah longsor di Desa Cibeunying, ia mengatakan saat ini prioritas utamanya adalah pencarian korban hilang dan evakuasi warga yang selamat. Tim gabungan dari BPBD kabupaten dan provinsi, TNI, Polri, relawan tanggap bencana, dan seluruh stakeholder terkait saat ini masih terus berusaha menyisir lokasi.
"Ini terus berlanjut, beberapa alat sudah diturunkan semuanya. Kita berdoa semoga masih diberikan suatu keamanan atau keselamatan bagi masyarakat yang belum ditemukan," katanya.
Di samping itu, bantuan logistik mulai dikirim dan dapur umum sudah didirikan di sekitar lokasi, serta tim gabungan di lapangan juga mulai menyiapkan penanganan pasca bencana dan recovery (pemulihan) bagi masyarakat setempat.
Peristiwa tanah longsor di Desa Cibeunying, Cilacap, terjadi pada Kamis (13/11) sekitar pukul 21.00 WIB, seiring hujan deras dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah tersebut. Material longsor menimbun pemukiman dan menyebabkan penurunan tanah sedalam 2 meter dan retakan sepanjang 25 meter.
Kepala Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) Jateng Bergas Catursasi Penanggungan mengatakan, total ada 46 jiwa dari 17 kepala keluarga (KK) yang terdampak musibah. Hingga Jumat (14/11) pukul 19.00 WIB, tiga warga ditemukan meninggal dunia dan 20 orang masih dalam pencarian.