Indonesia tegaskan pentingnya Semangat Bandung di berbagai forum
Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Heru Hartanto Subolo (tengah) melihat pameran “Tutur Luhur Figur Asia-Afrika – The Words That Echo Through the Ages” di Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/10/2025). (ANTARA/HO-Kemlu RI)
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyampaikan bahwa Indonesia konsisten menekankan peran penting Semangat Bandung dalam berbagai kesempatan, seperti pada Pertemuan Menlu ke-19 Gerakan Non-Blok di Kampala, Uganda, pada 15-16 Oktober 2025.
“Wamenlu RI Arrmanatha Nasir menegaskan komitmen Indonesia untuk terus mengedepankan Semangat Bandung dalam memperjuangkan perdamaian dunia,” kata Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu Heru Hartanto Subolo dalam siaran pers Kemlu di Jakarta, Jumat (24/10).
Heru menyampaikan hal tersebut dalam pembukaan pameran temporer “Tutur Luhur Figur Asia-Afrika – The Words That Echo Through the Ages” di Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung, Jawa Barat.
Museum KAA menyelenggarakan pameran tersebut pada 24 Oktober-27 Desember 2025 guna memaknai 70 Tahun KAA sekaligus Semangat Bandung.
Semangat Bandung merupakan nilai dan prinsip yang lahir dari KAA Bandung pada 1955, yang menjadi simbol persatuan, solidaritas, dan kerja sama antara negara-negara Asia dan Afrika.
Menurut Heru, selain memaknai 70 Tahun KAA, pameran tersebut merupakan wujud diplomasi publik Kemlu RI dalam pelestarian dan promosi Semangat Bandung.
Dia pun berharap agar pameran itu dapat meningkatkan rasa kepemilikan publik terhadap Semangat Bandung dan KAA sebagai tonggak sejarah serta capaian diplomasi Indonesia.
Heru menyampaikan bahwa pidato para pemimpin delegasi dalam KAA 1955 telah membangkitkan semangat kemerdekaan di negara-negara Asia dan Afrika. Ia menambahkan, kini generasi muda memiliki peran penting dalam menyebarkan Semangat Bandung ke seluruh dunia.
Kemlu menyampaikan bahwa pameran tersebut juga menyoroti berbagai dinamika di luar sidang, seperti pertemuan informal antara delegasi dan diplomasi budaya yang turut memperkaya makna tonggak sejarah diplomasi Indonesia melalui KAA.
Pameran itu juga memberi ruang refleksi atas ekspresi solidaritas antar bangsa dan seruan perdamaian yang tercermin dari berbagai pidato yang disampaikan selama KAA 1955, dan masih relevan dalam menyikapi situasi global masa kini.
Pameran “Tutur Luhur Figur Asia-Afrika – The Words That Echo Through the Ages” tidak hanya menampilkan rekaman sejarah, tetapi juga mengajak pengunjung untuk merenungkan kembali relevansi pesan para pemimpin Asia-Afrika pada 1955 terhadap situasi dunia masa kini.