Karantina Kepri fasilitasi ekspor 129,4 ton santan kelapa beku
Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kepulauan Riau (Kepri) di Satuan Pelayanan Tanjung Uban, Pulau Bintan, memfasilitasi ekspor 129,4 ton santan kelapa beku ke Tiongkok.
Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kepulauan Riau (Kepri) memfasilitasi ekspor 129,4 ton santan kelapa beku dari Pulau Bintan ke negara Tiongkok, Rabu (31/12/2025). ANTARA/HO-Karantina Kepri.
Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kepulauan Riau (Kepri) di Satuan Pelayanan Tanjung Uban, Pulau Bintan, memfasilitasi ekspor 129,4 ton santan kelapa beku ke Tiongkok.
Karantina Kepri memastikan ekspor produk olahan tumbuhan dari Bintan itu berjalan lancar, dan pemenuhan persyaratan yang diminta oleh negara tujuan Tiongkok. Hilirisasi komoditas perkebunan tersebut dimuat dalam sepuluh kontainer refrigerasi (berpendingin).
"Kami memfasilitasinya dengan tindakan karantina, yang kemudian menerbitkan sertifikat kesehatan sebagai jaminan hasil pemeriksaan sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan," kata Kepala Karantina Kepri Hasim, di Tanjungpinang, Kepri, Rabu.
Bersamaan dengan pelepasan ekspor santan beku, kata Hasim lagi, Karantina Kepri juga menyertifikasi satu kontainer konsentrat air kelapa sejumlah 10,8 ton. Total nilai ekonomi ekspor produk turunan kelapa tersebut mencapai Rp5,7 miliar.
Hasim menyebut Karantina memfasilitasi perdagangan bagi pelaku usaha, dengan melakukan pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan fisik terhadap ekspor santan beku yang dilaporkan oleh pengguna jasa secara daring.
"Pemeriksaan dilakukan guna memastikan komoditas yang dikirim dan dilaporkan sesuai, sehingga sertifikat yang diterbitkan menjadi benar dan tidak terjadi penolakan di negara tujuan," ujarnya.
Hasim turut memaparkan data ekspor santan kelapa beku dari Pulau Bintan sepanjang tahun 2025 dengan frekuensi 21 kali dan volume sebanyak 1,46 ribu ton. Nilai ekonomi ekspor hilirisasi tersebut mencapai Rp365,2 miliar, dengan negara tujuan ekspor Tiongkok.
Ia menjelaskan pengolahan kelapa menjadi produk atau bahan baku setengah jadi, seperti santan, air kelapa, kelapa parut, arang, cocopeat, dan cocofiber.
"Pengolahan tersebut merupakan salah satu upaya menyukseskan hilirisasi komoditas yang dicanangkan Presiden RI Prabowo Subianto dalam Program Astacita," katanya pula.
Dia menyampaikan Barantin akan terus mengawal dan memfasilitasi semua produk hewan, ikan, tumbuhan, dan produk turunannya yang akan diekspor. Proses hilirisasi atau industrialisasi diyakini mampu meningkatkan nilai tambah bagi produk itu sendiri, meningkatkan devisa negara, dan membuka banyak lapangan pekerjaan.
Menurut dia pemerintah akan terus mendorong pelaku usaha untuk terus berinovasi dalam pengolahan bahan baku menjadi produk yang lebih bernilai, meningkatkan pemasaran dengan teknologi informasi, dan meningkatkan efisiensi dengan digitalisasi.
Selain itu, Barantin juga telah menerapkan digitalisasi sistem perkarantinaan dalam pelayanan sertifikasi, sehingga membuat Permohonan Tindakan Karantina (PTK) lebih fleksibel, dapat dilakukan pengguna jasa kapan pun dan dari mana saja.
Demikian pula petugas dapat merespons PTK pengguna jasa dengan gawai maupun gadget kapan pun dan di mana pun, sehingga teknologi digitalisasi benar-benar dirasakan sangat bermanfaat bagi pengguna jasa maupun petugas.
"Jangan ragu untuk lapor karantina, kami memberikan layanan prioritas bagi calon eksportir komoditas hewan, ikan, dan tumbuhan serta produk turunannya. Semua layanan dapat diakses secara daring, sehingga lebih mudah, efektif, dan efisien," demikian Hasim.


