Kemenpar publikasikan kajian penguatan implementasi pariwisata hijau

Update: 2025-10-07 09:40 GMT

Ilustrasi-Wisatawan menikmati indahnya pemandangan di sekitar pepohonan yang rimbun dan besar. (ANTARA/HO-Kementerian Pariwisata)

Kementerian Pariwisata mempublikasikan kajian mengenai penguatan implementasi pariwisata hijau di Indonesia berupa publikasi ilmiah Tourism Snapshot Vol. 1 No. 2 Tahun 2025.

"Kunci keberhasilan transisi ini terletak pada penyiapan sumber daya manusia yang kompeten dengan jaminan kualitas terstandar. Guna menjawab kebutuhan industri pariwisata masa depan," kata Asisten Deputi Manajemen Strategis Kemenpar I Gusti Ayu Dewi Hendriyani sebagaimana dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

Dewi menyampaikan edisi Tourism Snapshot ini mengangkat tema “Green Jobs, Green Skills, and Green Quality: Mendorong Transisi Hijau Sektor Pariwisata" dan berfokus pada tiga pilar utama, yaitu pekerjaan hijau, keterampilan ramah lingkungan dan kualitas hijau.

Pada sesi green jobs akan mengkaji mengenai peluang dan proyeksi tenaga kerja pariwisata yang ramah lingkungan. Berbeda dengan green skills yang membahas kesiapan kurikulum, pelatihan, dan kompetensi sumber daya manusia untuk mendukung ekonomi hijau, dan green quality mengkaji soal jaminan mutu dan sertifikasi sumber daya manusia pariwisata sesuai standar keberlanjutan.

Pengkajian itu dilakukan karena transisi pariwisata hijau di Indonesia dinilai menjadi hal yang sangat penting. Hasilnya diharapkan bisa meningkatkan daya saing bangsa sekaligus menjadi sebuah kontribusi.

"Komitmen tersebut sejalan dengan visi mitra pembangunan internasional yang memandang transisi hijau sebagai suatu keniscayaan," kata Dewi.

Tren pasar secara global juga menyoroti hal yang sama, sehingga muncul sebuah perubahan pada perilaku wisatawan.

Selain kajian itu, pada tahun 2022-2023 Kementerian Pariwisata telah menyusun 34 standar kompetensi. Beberapa di antaranya adalah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), dan skema okupasi yang secara implisit telah memuat sebagian aspek-aspek dari pariwisata berkelanjutan.

"Pemerintah juga segera melakukan harmonisasi standar pariwisata di kawasan ASEAN dan global yang sudah ada. Ini termasuk memperbarui kurikulum, khususnya untuk pariwisata berbasis masyarakat atau community-based tourism alias CBT, dan mengembangkan sertifikasi untuk level manajerial strategis," ujarnya.

Dewi menyebut International Labour Organization (ILO) sudah menegaskan bahwa transisi ini akan menciptakan pekerjaan hijau yang bermanfaat bagi masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan keselarasan antara pemerintah dan mitra pembangunan.

Sehingga untuk mencapai terciptanya pekerjaan hijau yang mendukung pengembangan pariwisata hijau di Indonesia, pihak industri dan lembaga pendidikan pariwisata secara bertahap perlu mengadopsi praktik keberlanjutan dan menciptakan kebutuhan akan keterampilan ramah lingkungan. Sebab, penyerapan tenaga kerja dalam konteks transisi menuju pariwisata hijau menjanjikan potensi ekonomi yang positif terhadap kesejahteraan tenaga kerja.

Tidak hanya pekerjaan hijau dan keterampilan ramah lingkungan, jaminan kualitas kompetensi yang tesertifikasi juga penting dalam pengembangan pariwisata hijau.

Tags:    

Similar News