Kemenperin catat lonjakan kinerja industri kimia, farmasi, dan tekstil

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat lonjakan kinerja di sektor kimia, farmasi dan tekstil hingga pertengahan 2025.

By :  Widodo
Update: 2025-10-05 03:25 GMT

Miniatur fasilitas pengolahan kimia menjadi plastik di Subang, Jawa Barat, Selasa (24/9/2024). ANTARA/Muzdaffar Fauzan

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat lonjakan kinerja di sektor kimia, farmasi dan tekstil hingga pertengahan 2025.

Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Sri Bimo Pratomo, dalam pernyataan di Jakarta, Minggu, menyampaikan bahwa capaian tersebut merupakan hasil nyata dari penguatan struktur industri dalam negeri, peningkatan kinerja ekspor, serta dukungan kebijakan yang konsisten.

Pihaknya mencatat sektor IKFT telah berkontribusi sebesar 3,82 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional dan hal ini menunjukkan peran strategis sektor ini sebagai motor dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Kinerja positif sektor IKFT didukung oleh beberapa subsektor yang tumbuh secara signifikan, seperti industri bahan galian non logam yang mencatat kenaikan tertinggi sebesar 10,07 persen pada triwulan II tahun 2025.

Angka ini menunjukkan lonjakan besar dibandingkan triwulan sebelumnya, di mana subsektor ini sempat mengalami penurunan sebesar 1,68 persen di triwulan I tahun 2025.

‎Lebih lanjut, subsektor industri farmasi, dan obat tradisional turut mencatat lonjakan pertumbuhan yang signifikan hingga mencapai 9,39 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2025 yang hanya sebesar 3,68 persen, maupun 4,47 persen pada triwulan IV tahun 2024.

Kinerja positif juga terlihat pada industri kulit, barang kulit, dan alas kaki yang naik menjadi 8,31 persen dari yang sebelumnya 6,95 persen pada triwulan I 2025.

Capaian positif sektor IKFT turut ditopang oleh kinerja sektor unggulan. Berdasarkan data terbaru BPS, ekspor alas kaki (HS 64) sepanjang Januari - Agustus 2025 mencapai 5,16 miliar dolar AS, tumbuh 11,89 persen dibanding periode yang sama tahun 2024 sebesar 4,61 miliar dolar AS.

Ekspor tekstil dan produk tekstil (HS 50-63) juga mencatat kenaikan 0,24 persen menjadi 8,01 miliar dolar AS dari sebelumnya 7,98 miliar dolar AS.

Secara total, ekspor gabungan alas kaki dan TPT menembus 13,17 miliar dolar AS, naik 4,51 persen dibanding capaian tahun lalu mencapai 12,59 miliar dolar AS. Selain itu, produk kimia (HS 38) juga memberikan kontribusi signifikan dengan nilai ekspor mencapai 6,12 miliar dolar AS.

Kinerja ini selaras dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) periode September 2025 yang menunjukkan industri manufaktur masih berada dalam zona ekspansi dengan nilai mencapai 53,02 poin.

Berdasarkan hasil IKI selama tiga bulan terakhir, seluruh subsektor IKFT konsisten menunjukkan fase pertumbuhan yang positif.

Disampaikan dia, Kemenperin terus berkomitmen dalam mendorong pengembangan dan penguatan industri melalui berbagai kebijakan strategis.

Adapun bagi sektor IKFT, langkah yang ditempuh meliputi peningkatan ekspor, menjaga serta menjamin ketersediaan bahan baku dan energi bagi industri dalam negeri, serta mendorong peningkatan utilisasi kapasitas produksi.

Demi menjaga momentum pertumbuhan ini, pihaknya mendorong kebijakan hilirisasi, khususnya pada industri kimia berbasis minyak dan gas, serta sektor bahan galian bukan logam.

Selain itu, penguatan basis ekspor pada komoditas andalan seperti tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki juga menjadi prioritas.

‎"Tindakan strategis ini diharapkan dapat memperkuat daya saing industri nasional sekaligus mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan," kata Bimo.

Sementara itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan bahwa langkah strategis yang ditempuh berupa kebijakan hilirisasi dan substitusi impor guna mencapai peningkatan nilai tambah dan kemandirian industri nasional.

Melalui kebijakan tersebut, pemerintah tidak hanya memperluas basis ekspor, namun juga memperkuat ketahanan pasokan bahan baku dalam negeri.

Komitmen ini turut diiringi dengan kerja sama internasional sebagai upaya membuka akses pasar yang lebih luas serta menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi investasi pada sektor industri.

‎"Capaian ini telah menunjukkan industri pengolahan nonmigas memiliki peran strategis dalam menjaga kinerja ekspor sekaligus memperkuat struktur ekonomi nasional," kata dia.

Tags:    

Similar News