Living Lab berbasis masyarakat jadi solusi hadapi perubahan iklim

Update: 2025-10-10 04:40 GMT

Petani binaan Petrokimia Gresik memberi pakan ternak di kandang domba yang menjadi bagian dari integrasi pertanian dan peternakan dalam Program TAMENG. ANTARA/HO-Petrokimia Gresik

Petani binaan Petrokimia Gresik di Kabupaten Malang, Jawa Timur, meyakini Living Lab berbasis masyarakat bisa menjadi solusi pertanian hortikultura dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

Melalui program yang bernama Tawangargo Smart-Eco Farming Village atau juga dikenal dengan nama TAMENG mampu mendongkrak produktivitas hortikultura dan terus berkembang dan bertransformasi menjadi Living Lab berbasis masyarakat sebagai model kolaborasi inklusif dalam inovasi berkelanjutan.

"Living Lab ini digerakkan langsung oleh masyarakat. Di sini kami sebagai petani bukan hanya menjadi objek, tetapi juga bertindak sebagai subjek yang melakukan penelitian dan uji coba nyata untuk pertanian berkelanjutan," ujar Karmukit, salah satu local hero program TAMENG, dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

Sebagai Living Lab, katanya, TAMENG sekarang telah menjadi wadah bagi petani, peneliti, mahasiswa, hingga komunitas duduk bersama untuk menghadirkan solusi pertanian. Di sini ide-ide diuji, teknologi sederhana diterapkan, dan inovasi lahir dari upaya bersama untuk membuat perubahan. Berbagai kolaborasi dilakukan dengan tujuan meningkatkan praktik pertanian berkelanjutan.

"Banyak sekali transformasi yang kami lakukan. Alhamdulillah, TAMENG sekarang berkembang menjadi research center berbasis komunitas dari yang awalnya hanya desa hortikultura biasa. Pertanian dan peternakan di wilayah ini sekarang terintegrasi dengan wisata edukasi pertanian. TAMENG membuktikan bahwa desa bisa menjadi pusat inovasi dan menjadi inspirasi bahwa masa depan pertanian Indonesia bisa dimulai dari desa," kata Karmukit.

Program tersebut dimulai tahun 2022, melibatkan 35 petani yang tergabung dalam kelompok Agronova Vision. TAMENG sejak awal didukung oleh Petrokimia Gresik, untuk mengajak petani menerapkan teknik climate smart agriculture yang tidak hanya menjaga keberlanjutan pertanian hortikultura, tetapi juga meningkatkan pendapatan petani. Kegiatan itu mencakup seluruh proses dari mulai pembibitan, persemaian, penanaman, panen, hingga penjualan.

Program itu sekarang terus berkembang dan bertransformasi menjadi pusat hortikultura yang modern dan ramah lingkungan diantaranya penggunaan solar cell untuk menghidupkan berbagai alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti pompa air, water drip, sprinkle dan lainnya. TAMENG saat ini juga memiliki rumah pengolahan limbah.

Para petani TAMENG memiliki aktivitas dalam mengelola limbah pertanian maupun rumah tangga dengan pemilahan organik dan anorganik. Limbah organik yang berasal dari limbah panen sayur diolah menjadi berbagai produk seperti plant booster (POC), agensia hayati, dan pakan ternak.

Selain itu, limbah sayur yang masih layak konsumsi dimanfaatkan oleh istri petani menjadi berbagai macam produk olahan seperti mie sayur, keripik sayur, dodol sayur, dan lainnya. Selain itu, kelompok juga membuka warung bagi pengunjung dengan memanfaatkan hasil panen di area Program TAMENG.

"Khusus limbah anorganik dikelola langsung oleh bank sampah dan dijual kepada pengepul. Kami juga memilah limbah B3 untuk dipisahkan agar tidak berbahaya," ujar Karmukit.

Sementara untuk meningkatkan pendapatan, ujarnya, kelompok mengembangkan lini usaha peternakan dengan budidaya domba serta budidaya ikan dan azolla. Selain itu, kelompok juga mengembangkan budidaya cacing untuk menghasilkan pupuk kascing serta cacing yang dimanfaatkan sebagai pakan ikan. Selain itu, budidaya kascing juga mampu menyerap limbah pertanian.

Petani binaan juga mengembangkan kawasan agrowisata sebagai sarana edukasi sekaligus rekreasi bagi masyarakat luas. Wisatawan merasakan pengalaman langsung memetik sayur dan buah segar dari kebun. Kegiatan ini dilengkapi dengan paket edukasi pertanian ramah lingkungan, pelatihan sederhana tentang budidaya hortikultura, hingga pengenalan produk olahan hasil panen.

"Living Lab ini menjadikan TAMENG sebagai ekosistem pertanian hortikultura dari hulu hingga hilir yang mampu meningkatkan kemandirian petani, serta mendukung terwujudnya swasembada pangan nasional," ujar Karmukit.

Tags:    

Similar News