Membahayakan dan macet, perbaikan jalan nasional Palembang–Betung dikebut

Update: 2025-11-19 09:10 GMT

Foto: Adi Asmara/Radio Elshinta

Pekerjaan perbaikan jalan nasional di ruas Palembang–Betung mulai dikebut melalui anggaran darurat dari Kementerian PUPR. Ruas sepanjang 13 kilometer dari total 55 kilometer ini akan menjadi prioritas penanganan karena kondisinya dinilai paling parah dan banyak dikeluhkan pengguna jalan.

Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sumsel melalui Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah 1 Sumsel, rabu (19/11/2025) mengakui keluhan masyarakat selama beberapa bulan terakhir memang cukup besar. Namun dapat dipastikan pekerjaan terus berlangsung meski lebih banyak dilakukan pada malam hari agar tidak mengganggu arus kendaraan.

“Semua pekerjaan saat ini dilakukan kita pada malam hari. Setelah koordinasi dengan Pak Gubernur Sumsel Herman Deru yang turun langsung, Kementerian PUPR, dan Pemkab Banyuasin, alhamdulillah ada tambahan anggaran untuk penanganan cepat,” urai Kasatker PJN I Wilayah Sumsel, Alfredo Lukman, seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Adi Asmara.

Tahap awal rutting, tim akan meratakan permukaan jalan yang bergelombang di sepanjang 13 km. Titik-titik dengan kerusakan berat akan di-overlay, meski tidak seluruhnya karena keterbatasan biaya. Sejumlah alat berat sudah berada dilokasi untuk mendukung pekerjaan sudah berjalan dalam beberapa hari terakhir.

Terkait kondisi di daerah bersangkutan, Pihak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sumsel kembali meminta maaf kepada pengguna jalan atas ketidaknyamanan, kemacetan yang diprediksi meningkat selama pekerjaan perbaikan berlangsung.

“Tanpa perbaikan pun lokasi ini sudah menjadi titik macet. Kondisi jalan naik turun, lalu lintas padat, dan banyak kendaraan keluar-masuk permukiman. Ditambah banyaknya truk over dimensi over loading (odol),” jelasnya.

Lebih lanjut, Alfredo menambahkan, kerusakan jalan disebut makin parah akibat kendaraan dengan muatan berlebih. Berdasarkan data dari timbangan gabungan, 50,86 persen kendaraan berat yang melintas adalah odol. Truk dua sumbu beban berat mendominasi arus kendaraan, yakni 70,47 persen, dan dari jumlah itu sekitar 30,8 persen membawa beban berlebih.

“Beban jalan nasional maksimal itu berada di 10 ton. Jika beban lebih, maka jalan pasti cepat rusak. Ini juga yang menurunkan kualitas layanan jalan,” ucapnya.

Ia menilai persoalan odol harus ditangani bersama karena membutuhkan kebijakan lintas instansi. Koordinasi dengan Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan Pemerintah setempat sudah dilakukan, namun penindakan tetap membutuhkan kesepakatan lebih luas.

Sementara itu, untuk jangka panjang, iapun berharap tol Kayuagung–Palembang–Betung segera selesai sehingga bisa segera beroperasi penuh agar arus kendaraan berat bisa terbagi. Dengan begitu, beban ruas jalan nasional akan berkurang dan perbaikan bisa dilakukan lebih maksimal.

“Kalau beban jalan sudah turun, kita bisa mulai pelebaran dan perbaikan permanen di titik-titik yang sering macet, diantaranya seperti sekitar Tanah Mas Banyuasin.” tambhanya

Selanjutnya terkait anggaran, Alfredo menuturkan untuk perbaikan cepat ini, pemerintah menganggarkan sekitar Rp7 miliar dengan waktu pengerjaan lebih dari satu bulan. Fokus utamanya meratakan permukaan jalan agar tidak lagi bergelombang. Meski begitu, permukaan hasil scraping masih kurang nyaman bagi pengendara motor.

“Kalau ingin benar-benar mulus tentu butuh anggaran overlay yang jauh lebih besar. Ini penanganan darurat dulu sembari menunggu anggaran tahun depan,” tutupnya.

Sebelumnya, Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, langsung turun tangan meninjau kondisi Jalan Palembang–Betung Km 14). Respons cepat ini dilakukan menyusul banyaknya keluhan masyarakat tentang kepadatan dan kerusakan parah di jalur vital Palembang - Betung.

Tags:    

Similar News