Menkomdigi sebut AI harus jadi cermin nilai masyarakat Indonesia

Update: 2025-10-23 10:30 GMT

Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid dalam sambutannya di acara Kumparan AI for Indonesia di Jakarta, Kamis (23/10/2025). ANTARA/Fitra Ashari

Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengatakan alogaritma dan kode dalam kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) harus mencerminkan nilai-nilai positif dari masyarakat Indonesia agar bisa mendapatkan hasil AI yang positif.

"Ketika kita tidak memanfaatkan dengan cara-cara positif, maka AI yang kita bangun juga menjadi AI yang menyeramkan, membahayakan, dan mencelakakan bisa jadi," kata Meutya dalam sambutannya di acara Kumparan AI for Indonesia di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan Indonesia termasuk negara yang memandang AI cukup optimistis dan tidak takut untuk menggunakan AI dalam membantu kegiatan sehari-hari.

Meutya mengatakan hal tersebut bisa jadi tanda yang bagus karena menurut beberapa literatur AI berpotensi menciptakan 90 juta pekerjaan baru di berbagai bidang seperti data science dan kolaborasi manusia dengan kecerdasan artifisial.

Secara potensi terhadap ekonomi global tahun 2030 juga dikatakan kecerdasan artifisial berpotensi memberi kontribusi pendapatan negara hingga 15,7 triliun rupiah. Meutya juga mengatakan menurut Cisco, Indonesia memiliki peluang luar biasa untuk AI karena rata-rata penggunaannya cukup tinggi di dunia.

"Pada dasarnya orang Indonesia itu suka dan juga cepat menggunakan AI. Tapi gunakannya untuk apa? Itu next question. Tapi pada prinsipnya itu sendiri sudah menjadi sinyal yang baik bagi perusahaan-perusahaan besar seperti Cisco dengan melihat bahwa orang Indonesia ini cepat ketika kita perkenalkan kepada AI," katanya.

Meutya juga mengatakan masyarakat Indonesia di level grassroot sudah menerapkan AI untuk solusi permasalahan nyata seperti budi daya ikan. Maka itu Kemkomdigi merumuskan peta jalan dalam pemanfaatan AI di level tertentu agar bisa berdampak pada masyarakat.

"Aspek utama dalam membuat peta jalan adalah regulasi, etik, investasi, pembiayaannya, infrastruktur, talenta, ini juga menjadi penting, kemudian riset dan inovasi dan juga use case," kata Meutya.

Dua sasaran utama dalam pengembangan kecerdasan artifisial adalah mendukung pertumbuhan ekonomi dan sektor produktif, lalu meningkatkan daya saing global Indonesia, dengan talenta dan inovasi yang beretika, beriringan, dan berkeadilan sosial.

Ia juga ingin pemanfaatan AI di Indonesia lebih inklusif karena potensi Air sangat besar di berbagai sektor sehingga harus bisa dirasakan oleh seluruh daerah dan tidak terbatas gender. Ia mengingatkan untuk masyarakat termasuk pemerintah harus lebih bijaksana dalam memanfaatkan AI dan mendengarkan lebih baik terkait aturan untuk memanfaatkan teknologi di ruang digital Indonesi.

Tags:    

Similar News