Menteri Tenaga Kerja, Yassierli jadi grand keynote di hari kedua gelaran IHCBS 2025
Indonesia Human Capital & Beyond Summit (IHCBS) 2025 hadir sebagai HR Event terbesar tahun ini, yang digelar pada 2–3 September 2025 di ICE BSD City, Tangerang.
Sumber foto: Istimewa/elshinta.com.
Indonesia Human Capital & Beyond Summit (IHCBS) 2025 hadir sebagai HR Event terbesar tahun ini, yang digelar pada 2–3 September 2025 di ICE BSD City, Tangerang. Ajang bergengsi ini dilnisiasi oleh Gerakan Nasional Indonesia Kompeten (GNIK), GML, QuBisa, dan Kompas.com.
Dengan mengusung tema “Future-Ready Workforce: Strategies for Indonesia’s 8 Economic Transformation”, IHCBS 2025 menjadi forum kolaborasi yang mempertemukan para pemimpin industri, perwakilan pemerintah, akademisi, hingga praktisi SDM.
Tangerang, 3 September 2025. IHCBS 2025 hari kedua dibuka dengan diskusi AI-Empowered Leadership oleh David Tjokrorahardjo, President Maxwell Leadership Indonesia.
Dalam sesi ini, ia menekankan bahwa kehadiran AI merupakan sebuah teknologi yang membawa perubahan besar dalam dunia kerja dan kepemimpinan. Perubahan tersebut dipandang sebagai sebuah metamorfosis, sebuah proses alami yang tak bisa dihindari.
Mengembangkan AI dalam organisasi adalah sebuah pilihan strategis. Organisasi yang ingin memanfaatkan kecanggihan teknologi harus berani mengambil langkah nyata untuk mengintegrasikan AI ke dalam prosesnya. Keputusan ini, menurutnya, akan sangat menentukan arah perkembangan dan daya saing perusahaan di masa depan.
“AI itu ada dua sisi, membuka capacity dan challenging, bagaimana cara kita memandang AI untuk menyelesaikan masalah atau justru mengembangkan serta membantu membantu masalah.” ujarnya. AI bukan hanya berfungsi sebagai pendukung, tetapi juga berpotensi mengeliminasi cara-cara lama yang sudah tidak relevan dalam menghadapi era transformasi digital.
Dalam sesi ini, Edward berbagai pandangannya tentang pertumbuhan pesat Kopi Kenangan serta peran tim dan budaya perusahaan dalam menjaga relevansi dengan generasi muda. Menurut Edward, budaya organisasi yang kuat harus berangkat dari tujuan yang jelas.
“Saya percaya di company manapun people butuh purpose. Akan sangat sulit menjadi people center kalau tidak ada purpose. Ambil purpose yang belum pernah dicapai sebelumnya, dan buat sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan pentingnya memiliki pola pikir yang berorientasi pada tujuan besar. “Kita harus punya purpose jadi number one, kita harus berikutn leadership dalam sebuah company.” tegasnya. Dengan prinsip tersebut, Kopi Kenangan terus mendorong inovasi agar tidak hanya bertahan, tetapi juga menjadi pelopor di industri yang semakin kompetitif.
Diskusi selanjutnya membahas tentang The Envolving Role of HR in The Digital Age oleh Hadjar Seri Adji, Vice Chairman FHCI. Dalam paparamya, Hadjar menekankan bahwa peran HR kini tidak lagi sekadar fungsi administratif, melainkan harus bertransformasi menjadi penggerak strategis perubahan bisnis.
Seiring dengan transisi menuju era Industry 5.0, HR dituntut untuk memimpin kolaborasi manusia dan mesin, sekaligus mendorong organisasi agar lebih lincah, adaptif, dan inovatif.
Special grand key note oleh Bapak Prof. Yassirlie, Menteri Kemenaker RI dengan tema People as Foundation for Indonesia Economic Transformation, turut memeriahkan acara IHCBS hari kedua ini.
Dalam pidatonya, Prof. Yassirlie menekankan bahwa isu ketenagakerjaan di Indonesia sangat kompleks, mulai dari amanah konstitusi untuk menjamin setiap warga negara memperoleh pekerjaan yang layak hingga tantangan global yang terus berkembang.
Beliau juga menyoroti pentingnya menggabungkan best practices internasional dengan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya manusia. “Indonesia butuh next practices yang mengombinasikan best practices dengan nilai-nilai lokal agar pengelolaan human capital tidak hanya efektif, tetapi juga relevan,” jelasnya.
Lebih jauh, Prof. Yassirlie menegaskan bahwa diskursus tentang human capital harus semakin berorientasi pada manusia, dengan pendekatan people-centred sebagai fondasi transformasi ekonomi nasional.
CEO Talk Show hari kedua tentang Sustainable Business & People Transformation Practices in Indonesia’s Economic Transformation oleh Suwandi Wiratno, CEO CSUL Finance & Chairperson of APPI dan Dr. Muhammad Taufiq, Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN).
Dalam diskusi, Suwandi menyoroti bahwa kunci kolaborasi terletak pada komunikasi yang baik di semua lini organisasi. “Kita harus ada diskusi informal sebelum membahas transformasi. Perubahan tidak akan terjadi kalau kita tidak memahami bawahan kita. Kolaborasi akan terjadi jika komunikasi antar atasan dan bawahan berjalan dengan baik.” ungkapnya. Pesan ini menegaskan bahwa keberhasilan transformasi tidak hanya ditentukan oleh kebijakan, tetapi juga oleh interaksi manusia yang saling memahami.
Sesi selanjutnya oleh dr. Andreas Kresna, Sp.Ok, HIMA, The Role of Occupational Medicine: Comprehensive Approach of Occupational Health and Safety. Diskusi ini membahas mengenai pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan pekerja, mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang timbul akibat proses kerja atau produkci di lingkungan kerja dari sisi ilmu kedokteran.
Battle session IHCBS kali ini bertema Flexibility of Time and Place of Work oleh Yola Putryanie-Finance & Asset Management Director Kompas Gramedia Group, Theo Derick- Owner of Acrobyte Group & Creator, Artha Nadiny Siahaan- Head of Digital Marketing QuBisa.
Diskusi berfokus pada fenomena Work From Anywhere (WFA) yang kian popular di dunia kerja modern. Menurut Theo, fleksibilitas lahir sebagai kebutuhan baru organisasi. “WFA hadir karena adanya fleksibilitas,” ujarnya.
Artha menambahkan, “Kami dalam perusahaan memegang kunci fleksibilitas, WFH memberi ruang bagi tim ketika menghadapi burnout.” Artha juga menekankan pentingnya komunikasi dalam model kerja fleksibel: “WFH tidak berlaku di semua industri, tapi fleksibilitas sesekali tetap dibutuhkan, dan kuncinya adalah komunikasi.”
Yola menekankan bahwa fleksibilitas memang tak terhindarkan seiring perkembangan teknologi, namun penerapannya harus diesualkan dengan kebutuhan tiap fungsi di organisasi. “Di industri Gramedia, kita merasa WFO lebih produkty karena lebih mudah mengontrol, Fleksibilitas tidak bisa dihindari, namun ada beberapa fungsi yang lebih efektif saat bekerja di kantor.” jelasnya.
Menanggapi apakah fleksibilitas merupakan peluang atau ancaman, para pembicara sepakat melihatnya sebagai peluang jika dikelola dengan tepat. Yola menegaskan, “Tergantung kualitas leader, jika mampu mengelola dan membantu tim dengan baik, fleksibilitas tidak akan memengaruhi hasil kerja.” Artha menilai fleksibilitas bisa meningkatkan produktivitas meski terkadang menimbulkan ekspektasi berlebih dari manajemen.
Sementara itu, Theo mentutup dengan penekanan bahwa fleksibilitas adalah soal pola pikir “Apakah WFO, WFH, atau WFA lebih fleksibel? Jawahannya tidak. Fleksibilitas adalah sebuah mindset. Company yang bisa optimalkan teknologi adalah company yang adaptif dan sukses menghadapi perubahan.”
IHCBS 2025 ditutup dengan penampilan special dari Yovie & Nuno yang turut memeriahkan acara, IHCBS 2025 ditutup dengan soft launcing IHCBS 2026 dengan tema Harnessing Human-Centric AI and Digitalization to Unlock Next Level Productivity