Nabila rajut asa di Sekolah Rakyat, gadis yatim yang harus rawat ibunda yang stroke

Update: 2025-10-05 08:44 GMT

Nabila Sagina (16), salah seorang siswa Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 9 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Suasana asrama putri di Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 9 Banjarbaru, Kalimantan Selatan, masih ramai dengan berbagai aktivitas murid-murid meski waktu telah menunjukkan pukul 20.30 WITA, beberapa waktu lalu. Nabila Sagina (16), salah satu murid di sana tampak cekatan. Nabila, sapaan akrabnya, terlihat telaten merapikan tempat tidurnya.

Gadis asal Kecamatan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan ini bercerita, sejak kecil sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah. Lantaran ibunya, Sri Jumiarniah Rahayu mengidap stroke kala usia Nabila masih dua tahun, demikian dikutip dari siaran pers Humas Kemensos.

Kehidupan Nabila terasa semakin berat ketika sang ayah, Rudiansyah meninggal dunia karena penyakit tuberkulosis paru pada 2023. Ia beserta adiknya bekerja sama merawat sang ibu. Sedangkan kakak perempuannya sudah menikah dan hidup terpisah dengan mereka.

Sepeninggal ayahnya, Nabila yang kala itu masih duduk di bangku SMP dituntut untuk dewasa sebelum saatnya. Dia juga harus membagi waktu antara sekolah dengan merawat sang ibu yang sakit.

Nabila mengungkapkan, setiap hari, ia bangun pukul 04.00 WITA. Dia memulai kegiatan dengan membereskan rumah. Mulai dari mencuci piring, mencuci baju, menyetrika pakaian, hingga memandikan ibunya.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabila mengandalkan bantuan dari saudaranya. "Kalau ada, tante yang kasih uang buat makan, kalau enggak dari kakek, kalau enggak dari kakak," katanya. Meski demikian, Nabila tidak pernah mengeluh dengan kondisi tersebut. Ia dengan sabar dan ikhlas mengurus sang ibu serta adik perempuannya.

Kemandirian serta keikhlasan Nabila kini terbayar kontan melalui program Sekolah Rakyat. Ia mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan jenjang SMA di SRT 9 Banjarbaru, mulai pertengahan tahun 2025. Di sekolah yang mengampu jenjang SMP dan SMA itu, Nabila beserta 124 siswa lainnya wajib tinggal di asrama.

Berbagai fasilitas, mulai dari seragam, sepatu, makanan, alat tulis, buku pelajaran, perpustakaan, mushola, hingga ruang gym tersedia di sini. Meski semua kebutuhannya terpenuhi, Nabila mengaku, awalnya cukup berat beradaptasi di SRT 9 Banjarbaru. Ia terus memikirkan keadaan ibu dan adiknya yang hidup berdua di rumah. Sesekali kakak perempuannya datang menjenguk dan menginap.

Di sela kesehariannya belajar dan hidup mandiri di asrama, tak jarang perasaan rindu terhadap ibu dan adiknya menyelimuti pikiran Nabila. "Sebenarnya berat juga melepas ibu. Soalnya hari-hari saya yang rawat ibu, kayak contohnya ibu mau buang air, mau BAB, mau makan. Kepikiran, ibu gimana ya di rumah, makannya gimana," ucap Nabila dengan suara bergetar.

Demi masa depan buah hatinya, sang ibu meyakinkan Nabila bahwa ia akan baik-baik saja saat dirinya sedang menempuh pendidikan. Pesan ibunya yang menguatkan Nabila untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Rakyat dan mengejar mimpinya menjadi seorang hakim. Tekadnya untuk meraih cita-cita serta membanggakan keluarga menjadi pondasi dirinya agar tetap semangat bersekolah.

Nabila pun merasa senang bersekolah di SRT 9 Banjarbaru karena mendapatkan banyak teman baru dan tempat tinggal yang nyaman. Dia juga berterima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto atas gagasan sekolah gratis ini bagi anak-anak kurang mampu secara ekonomi.

"Terima kasih banyak sudah membangun Sekolah Rakyat bagi kami yang putus sekolah atau tidak bisa melanjutkan sekolah karena terhalang biaya," ujar dia.

Penulis: Suwiryo/Ter

Similar News