NTB mengalami inflasi bulanan 0,35 persen pada Oktober 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) mencacat laju inflasi bulanan di Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 0,35 persen pada Oktober 2025 yang dipengaruhi kenaikan harga emas hingga cabai merah.

By :  Widodo
Update: 2025-11-04 04:30 GMT

Kepala BPS NTB Wahyudin (kedua kiri) memaparkan perkembangan inflasi daerah dalam rilis bulanan yang digelar di Kantor BPS NTB, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (3/10/2025). ANTARA/HO-BPS NTB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencacat laju inflasi bulanan di Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 0,35 persen pada Oktober 2025 yang dipengaruhi kenaikan harga emas hingga cabai merah.

"Inflasi bulanan NTB sebesar 0,35 persen berada di atas angka inflasi nasional yang hanya 0,28 persen," kata Kepala BPS NTB Wahyudin dalam keterangannya di Mataram, Selasa.

Wahyudin menjelaskan komoditas emas perhiasan memiliki andil terhadap inflasi bulanan sebesar 0,27 persen, kemudian diikuti cabai merah sebanyak 0,07 persen.

Harga emas batangan bersertifikat yang menyentuh hampir Rp2,5 juta per gram mempengaruhi laju inflasi di Nusa Tenggara Barat.

Menurutnya, meski Nusa Tenggara Barat mengekspor emas ke luar negeri bukan berarti harga emas bisa menjadi murah.

"Harga emas saat saya awal masuk BPS tahun 1991 masih di bawah Rp100 ribu per gram dan sekarang ini di angka Rp2,5 juta. Kelihatannya kenaikan harga emas tidak berhenti sampai di situ, karena bila kita melihat indikator global, harga emas semakin naik," ucap Wahyudin.

Lebih lanjut ia menyampaikan cabai merah menduduki posisi kedua penyumbang inflasi terbesar lantaran ketersediaan komoditas cabai merah di pasaran berkurang.

Kondisi cuaca yang telah memasuki musim hujan mempengaruhi stok, sehingga produksi komoditas cabai merah mengalami penurunan dan pasokan komoditas cabai merah dari luar daerah berkurang.

Selain emas dan cabai merah, komoditas lain yang ikut menyumbang inflasi adalah ikan layang/ikan bonggol sebesar 0,03 persen, ikan bandeng 0,02 persen, dan udang basah juga 0,02 persen.

Adapun komoditas yang mengalami deflasi berupa angkutan udara 0,04 persen, pisang 0,04 persen, daging ayam ras 0,03 persen, tomat 0,03 persen, dan kol putih/kubis sebesar 0,01 persen.

"Laju inflasi tertahan oleh turunnya tarif angkutan udara. Selain itu harga komoditas seperti komoditas daging ayam ras dan pisang mengalami penurunan harga akibat terjadi penurunan permintaan pasca perayaan Maulid Nabi," pungkas Wahyudin.

Pada Oktober 2025, BPS mencatat laju inflasi tahun kalender di Nusa Tenggara Barat sebesar 1,92 persen dan inflasi tahunan mencapai angka 2,96 persen.

BPS mengingatkan pemerintah daerah untuk selalu memperhatikan pergerakan inflasi agar tetap berada dalam kendali minimal 1,5 persen dan maksimal 3,5 persen.

Tags:    

Similar News