Perajin tahu tempe Lampung masih andalkan kedelai impor

Update: 2025-10-29 05:40 GMT

Ilustrasi - Kacang kedelai. ANTARA/HO.

Para perajin tahu dan tempe di Provinsi Lampung masih menggantungkan bahan baku dari kedelai impor, mengingat kualitasnya dinilai lebih baik dibandingkan kedelai lokal.

"Selain itu menyangkut harga dan ketersediaan stok kedelai impor saat ini terbilang masih stabil," kata perajin tahu tempe asal Kelurahan Jagabaya III, Kecamatan Way Halim, Sendi Ferdian, dalam keterangannya, di Bandarlampung, Rabu.

Ia mengatakan, harga kedelai saat ini di kisaran Rp9.400 per kilogram. Menurutnya belum ada perubahan harga dari bulan sebelumnya.

"Harga masih sama, belum ada kenaikan. Saya beli dari distributor,” ujar Sendi.

Ia menyebutkan, kedelai impor memiliki kualitas yang lebih bagus dibandingkan kedelai lokal. “Kalau pun kedelai lokal lebih murah, kami tetap pilih yang impor karena hasilnya lebih bagus,” tambahnya.

Menurutnya, kenaikan harga kedelai bisa berdampak langsung pada produksi. Jika harga bahan baku naik signifikan, satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan mengurangi ukuran tahu dan tempe. Namun, lanjutnya, langkah itu tak mudah dilakukan karena bisa memicu protes dari konsumen. “Konsumen biasanya langsung tanya ke pedagang kenapa ukurannya mengecil,” katanya.

Saat ini, ia mengaku pasokan kedelai untuk usahanya relatif masih lancar dan stabil. Dalam sebulan Sendi mengaku membeli hingga empat ton kedelai. Hal senada diungkapkan oleh Amuh, perajin tahu asal Kelurahan Gunung Sulah, Kecamatan Way Halim, Bandarlampung.

Ia menyebut harga kedelai saat ini berada di kisaran Rp9.500 per kilogram, turun cukup jauh dibandingkan tahun 2024 lalu yang sempat mencapai Rp12 ribu per kilogram. Ia biasa menggunakan kedelai impor yang beredar di pasaran.

“Sudah puluhan tahun enggak ada kedelai lokal,” ujarnya.

Menurut Amuh, kenaikan harga kedelai akan langsung berpengaruh pada penghasilan perajin. Namun menaikkan harga jual produk tahunya bukanlah Solusi, karena daya beli masyarakat sedang menurun.

“Kalau harga naik penghasilan otomatis turun. Enggak bisa langsung naikin harga, paling ukuran yang dikurangi. Itu pun kalau harga kedelai sudah di atas Rp12 ribu,” tuturnya.

Ia menilai kendala utama saat ini adalah lesunya daya beli masyarakat. “Pasokan aman, tapi pasar sepi. Jadi kalau stok kedelai banyak tapi pembeli enggak ada, ya percuma juga,” katanya. Umiati, distributor kedelai di Purwodadi Dalam, Lampung Selatan, menyebut harga kedelai super kini berada di angka Rp9.500 per kilogram, turun dari harga sebelumnya Rp10 ribu.

Ia mengaku mendapat pasokan dari pengepul dan menjualnya ke perajin tahu tempe. “Sekarang ini pembelian berkurang. Dulu ambil sembilan ton habis dalam 25 hari, sekarang enam ton bisa sebulan,” ujarnya.

Tags:    

Similar News