Analisis: Publik mulai menyukai gaya komunikasi ala "cowboy" Purbaya
Pada era keterhubungan digital, komunikasi pulik dapat diukur dalam jaringan kumpulan data. Analisis figur publik tak hanya diukur melalui kebijakan yang ia buat, melainkan juga melalui bagaimana kebijakan itu dipersepsikan dan diperbincangkan publik.
Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Pada era keterhubungan digital, komunikasi pulik dapat diukur dalam jaringan kumpulan data. Analisis figur publik tak hanya diukur melalui kebijakan yang ia buat, melainkan juga melalui bagaimana kebijakan itu dipersepsikan dan diperbincangkan publik.
Isu perbincangan Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan yang baru saja ditunjuk dalam perombakan kabinet, menjadi contoh menarik bagaimana dinamika komunikasi publik terbentuk di ruang media online dan media sosial.
Data yang dihimpun Antara dari berbagai sumber platform menunjukkan bahwa pada 14–15 September 2025, penyebutan nama (mention) Purbaya melonjak signifikan. Dari sebelumnya 1,6 ribu mention, angkanya naik menjadi 2,5 ribu. Kenaikan ini berbanding lurus dengan meluasnya jangkauan publik: dari 46,2 juta audiens menjadi 75,5 juta audiens.
Menariknya, sentimen publik yang tergambar dalam percakapan digital cenderung stabil. Sentimen positif bertahan di 7 persen, sementara sentimen negatif turun dari 9 persen menjadi 6 persen, hanya dalam kurun waktu kurang dari 48 jam.
Angka ini memberi sinyal bahwa meskipun nama Purbaya semakin sering diperbincangkan, perdebatan negatif cenderung berkurang. Hal ini penting dalam strategi komunikasi politik, semakin banyak dibicarakan dengan sentimen negatif yang menurun, semakin besar peluang membangun kepercayaan publik.
Panggung utama isu
Isu paling dominan dalam pemberitaan tentang Purbaya adalah penyaluran dana pemerintah senilai Rp200 triliun ke bank-bank milik negara. Topik ini menyumbang 52,9 persen dari total jangkauan pembicaraan, dengan 187 mention dan jangkauan hingga 19,3 juta audiens, naik drastis dari hanya 561 ribu sebelumnya.
Fokus perbincangan berada pada bagaimana Purbaya menyinggung tantangan para direktur bank dalam mengelola dana jumbo tersebut, serta dampaknya pada ekonomi nasional.
Sentimen yang muncul mayoritas netral, dengan hanya 2,1 persen bernada negatif. Data ini mengindikasikan bahwa isu strategis ekonomi berhasil dikomunikasikan tanpa banyak resistensi publik, meskipun belum sepenuhnya memunculkan euforia positif.
Momentum personal branding
Topik kedua yang menonjol adalah perombakan kabinet dan penunjukan Purbaya sebagai Menteri Keuangan. Isu ini menghasilkan 122 penyebutan dengan jangkauan 9,4 juta audiens, serta peningkatan share of voice menjadi 25,89 persen dari sebelumnya 15,72 persen.
Uniknya, isu ini menjadi sumber sentimen positif terbesar. Sebanyak 14,8 persen mention bernuansa optimistis, menandakan publik mulai melihat peluang baru pada kepemimpinan Purbaya.
Bagi seorang menteri baru, momentum ini penting untuk membentuk personal branding: sosok segar yang diharapkan membawa arah baru kebijakan ekonomi.
Meskipun tidak sebesar dua isu utama, pembahasan lain tetap memperkuat visibilitas. Misalnya, aktivitas Lembaga Penjamin Simpanan (37 penyebutan, jangkauan 2,7 juta) dan isu Perlindungan Pekerja Migran (160 penyebutan, jangkauan 2,1 juta). Kedua isu ini, meski kecil, memberi dimensi tambahan pada citra Purbaya sebagai pejabat publik yang berperan dalam beragam spektrum kebijakan.
TikTok sebagai panggung "kekaguman"
Jika media online banyak berisi informasi netral, maka media sosial menjadi arena emosi publik.
Data menunjukkan terdapat 2.461 penyebutan terkait Purbaya. Mayoritas berasal dari media non-sosial, khususnya berita. Namun, pada platform sosial, terdapat pola unik. TikTok muncul sebagai kategori paling dominan dalam menjangkau audiens, bahkan menjadi yang paling efisien dalam menghasilkan jangkauan (reach-efficient).
Menariknya, di TikTok muncul emosi yang kuat berupa admiration atau kekaguman terhadap Purbaya. Ini artinya, meskipun kebijakan yang dibahas cenderung teknis, personal branding Purbaya terbantu oleh konten-konten yang memunculkan persepsi positif di platform berbasis video pendek.
Sebaliknya, Twitter (X) menjadi sumber sentimen paling negatif. Hal ini konsisten dengan karakter X sebagai arena kritik dan perdebatan. Sementara itu, perbandingan antara jangkauan positif dan negatif mencatat rasio 1,89 banding 1, yang berarti dampak positif masih hampir dua kali lipat lebih besar daripada yang negatif.
Dalam percakapan di media sosial, topik “Perubahan Kabinet dan Menteri” muncul sebagai yang paling positif. Sebaliknya, topik “Kontroversi dan Pernyataan Menteri” menjadi titik paling negatif. Kontras ini memberi gambaran bahwa figur Purbaya masih dalam tahap “penilaian publik”. Setiap pernyataan yang kontroversial bisa berpotensi merusak momentum positif yang sedang terbentuk.
Analisis komunikasi publik
Jika ditelaah dari perspektif komunikasi publik, dinamika ini menunjukkan bahwa Purbaya Yudhi Sadewa berhasil menciptakan awareness atau kesadaran publik yang tinggi dalam waktu singkat. Lonjakan dari 46,2 juta menjadi 75,5 juta audiens hanya dalam satu hari merupakan capaian komunikasi yang besar.
Namun, tantangannya terletak pada bagaimana menggeser dominasi sentimen netral menjadi lebih banyak sentimen positif. Saat ini, angka positif masih di kisaran 7 persen di media online, meski di media sosial ada penguatan optimisme melalui TikTok.
Strategi komunikasi yang konsisten, penyampaian pesan yang relatable, serta pengelolaan krisis di platform seperti X akan sangat menentukan keberlanjutan personal branding Purbaya.
Dari data yang ada, jelas terlihat bahwa komunikasi publik bukan sekadar bagaimana kebijakan diumumkan, tetapi bagaimana kebijakan itu dipersepsikan. Media online berperan sebagai panggung legitimasi informasi, sementara media sosial berfungsi sebagai ruang interpretasi publik.
Bagi Purbaya Yudhi Sadewa, momentum ini adalah kesempatan emas. Ia sudah memperoleh admirasi di TikTok, optimisme dalam isu kabinet, dan stabilitas dalam isu ekonomi besar Rp200 triliun. Namun, ia juga menghadapi tantangan dari resistensi di X dan isu kontroversial yang berpotensi mencederai citra.
Pada akhirnya, personal branding seorang pejabat publik tidak hanya ditentukan oleh apa yang ia lakukan, melainkan bagaimana publik membicarakan dan merasakan kehadirannya. Purbaya kini berada di panggung besar, di mana setiap kata, kebijakan, dan gesture bisa menjadi bahan pembicaraan yang memperkuat atau justru meruntuhkan reputasinya.
Dapat diartikan secara dampak, sosok Purbaya bukan lagi orang yang masuk pemerintah secara identitas politik, namun memiliki efek yang signifikan atas pola komunikasi publik yang ia bentuk, khususnya berdampak pada sensifitas gejolak saham. Apapun yang dikatakan Menkeu Purbaya bisa berdampak langsung terhadap sentiment dari pasar saham.