Ekonom nilai ekonomi 5,04 persen pada Q3 bukan pelemahan fundamental
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede memandang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025 sebesar 5,04 persen (year-on-year/yoy) bukan menunjukkan pelemahan secara fundamental melainkan karena didorong faktor musiman.
Ekonom nilai ekonomi 5,04 persen pada Q3 bukan pelemahan fundamental
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede memandang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025 sebesar 5,04 persen (year-on-year/yoy) bukan menunjukkan pelemahan secara fundamental melainkan karena didorong faktor musiman.Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede memandang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025 sebesar 5,04 persen (year-on-year/yoy) bukan menunjukkan pelemahan secara fundamental melainkan karena didorong faktor musiman.
Ia mengatakan perlambatan tersebut bersifat musiman setelah lonjakan konsumsi pada periode libur keagamaan di kuartal sebelumnya. Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 mencapai 5,12 persen (yoy).
“Pelemahan ini mencerminkan normalisasi musiman setelah periode liburan keagamaan pada kuartal sebelumnya, yang biasanya mendukung konsumsi rumah tangga yang lebih kuat,” kata Josua dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Ia mencatat angka pertumbuhan ekonomi triwulan III 2025 sesuai dengan ekspektasi pasar. Permata Bank melalui Permata Institute for Economic Research (PIER) sebelumnya juga sudah memperkirakan angka tersebut.
Dari sisi pengeluaran, menurut Josua, pertumbuhan ekonomi utamanya karena faktor rebound secara signifikan dalam pengeluaran pemerintah dan penguatan kinerja net ekspor.
Setelah mengalami kontraksi -0,33 persen (yoy) pada kuartal II, pengeluaran pemerintah melonjak menjadi 5,49 persen (yoy) berkat langkah-langkah pro-pertumbuhan yang dilakukan pemerintah.
Selain itu, net ekspor juga membaik karena perlambatan impor yang lebih tajam dibanding ekspor.
Impor hanya tumbuh 1,18 persen (yoy), jauh lebih rendah dibanding 11,48 persen (yoy) pada kuartal sebelumnya, mencerminkan penurunan aktivitas investasi dan normalisasi impor jasa pasca-libur sekolah.
Sementara ekspor tumbuh stabil di 9,91 persen (yoy), didorong oleh permintaan kuat terhadap CPO, besi-baja, dan mesin listrik.
Adapun konsumsi rumah tangga, yang menjadi penyumbang terbesar PDB, tumbuh 4,89 persen (yoy), sedikit melambat dari 4,97 persen (yoy) pada kuartal sebelumnya.
“Ini wajar karena efek musiman pasca-perayaan keagamaan,” kata Josua.
Dari sisi sektoral, penyumbang utama pertumbuhan ekonomi kuartal III yakni industri manufaktur, yang didukung oleh perbaikan PMI manufaktur Indonesia lebih dari 50 atau balik ke zona ekspansi.
Selain itu, sektor perdagangan dan informasi-komunikasi menunjukkan peningkatan, sejalan dengan lonjakan aktivitas digital. Sektor pertanian juga menguat, ditopang oleh permintaan domestik yang tinggi.
“Performa sektor-sektor tersebut memperlihatkan daya tahan struktur ekonomi Indonesia terhadap tekanan global,” kata Josua.
Ia pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan berada di kisaran 5,0-5,1 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dari realisasi tahun lalu yang sebesar 5,03 persen (yoy).
Menurut dia, konsumsi rumah tangga akan membaik seiring perbaikan pasar tenaga kerja dan inflasi yang terkendali, sementara investasi akan didorong oleh potensi penurunan suku bunga global dan domestik yang memperkuat kepercayaan investor.