Hikmah kegagalan, Eks Dirut PLN Batubara ini pilih jalan bisnis islami.
Menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, mantan Direktur Utama PT PLN Batubara, Khairil Wahyuni, SH, MBA, berbagi kisah perjalanan hidupnya di Pesantren Peradaban Dunia Jagat Arsy Jakarta.
Sumber foto: Supriyarto Rudatin/elshinta.com.
Menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, mantan Direktur Utama PT PLN Batubara, Khairil Wahyuni, SH, MBA, berbagi kisah perjalanan hidupnya di Pesantren Peradaban Dunia Jagat Arsy Jakarta. Ia menekankan pentingnya berpegang teguh pada Alquran dan meneladani Rasulullah sebagai bekal menghadapi kesuksesan maupun kegagalan.
“Sebagai seorang muslim, panduan saya adalah Alquran dan suri teladan Rasulullah. Dari situlah saya belajar bagaimana sukses, memitigasi kegagalan, dan bangkit kembali ketika terpuruk,” ujar Khairil dalam sarasehan bertema Kerangka Berpikir Bisnis dalam Perspektif Islam, Rabu (3/9/2025).
Khairil menuturkan, saat kariernya tengah menanjak sebagai direksi di PLN Batubara, ia justru harus pensiun dini pada 2016 akibat tersandung perkara hukum. Pengalaman itu sempat membawanya ke balik jeruji besi. Namun, ia menemukan ketenangan dengan memperbanyak ibadah, dzikir, dan membaca Alquran.
“Saya mengalami sendiri ketika berada di ruang tahanan yang sempit, hanya doa dan dzikir yang menenangkan hati. Justru di situ saya menemukan kenikmatan berkomunikasi dengan Allah,” kenang lulusan Fakultas Hukum UGM dan MBA University of Missouri, St Louis, Amerika Serikat.
Menurutnya, memahami kegagalan sebagai bagian dari ketetapan Allah membuat seseorang bisa berdamai dengan diri sendiri.
Khairil menuturkan, dari titik nol itulah lahir keikhlasan untuk bangkit kembali.
Sembilan Aturan Berbisnis
Setelah meninggalkan dunia profesional, Khairil memilih merintis usaha. Ia menekankan sembilan aturan dasar dalam berbisnis, yakni:
1. Tujuan bisnis terarah,
2. Memiliki tim yang mumpuni,
3. Aturan main usaha,
4. Modal yang memadai,
5. Karakter pengelola,
6. Target bisnis jelas,
7. Pemahaman tujuan pemilik,
8. Proses bisnis yang terukur, dan
9. Indikator kinerja.
Khairil menekankan, kesembilan aturan tersebut harus dijalankan berlandaskan Alquran dan ketauladanan Rasulullah. “Norma Alquran itu kekal, sementara aturan hukum bisnis bersifat dinamis dan berubah mengikuti kondisi politik maupun ekonomi,” ujarnya.
Ia menambahkan, tujuan berbisnis bukan semata mencari keuntungan pribadi, melainkan juga bermanfaat bagi orang lain. Dengan demikian, aktivitas usaha menjadi bagian dari amal saleh yang dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
“Jika niat berbisnis karena Allah, hasilnya hanya dua: syukur ketika berhasil, sabar ketika gagal. Semua kembali kepada Allah,” ucap Khairi seperti dilaporkan Reporter Elshinta, Supriyarto Rudatin, Kamis (4/9).