"Kantong Tabungan' petani Patiayam Kudus itu bernama pohon mangga hasil konservasi BLDF
Kebahagiaan tengah menyelimuti para petani di Dukuh Kaliwuluh Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah yang tergabung dalam kelompok tani Wonorejo.
Sumber foto: Sutini/elshinta.com.
Kebahagiaan tengah menyelimuti para petani di Dukuh Kaliwuluh Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah yang tergabung dalam kelompok tani Wonorejo. Tanaman mangga yang ditanam untuk menghijaukan perbukitan Patiayam ( kawasan situs purbakala ) yang tandus mulai berbuah. Bahkan telah menghasilkan puluhan ton buah mangga pada musim buah akhir tahun 2024 lalu. Saat ini setiap pohon mangga sudah bisa menghasilkan sekitar 30 kilogram.
Tanaman penghijauan berupa bibit mangga ini merupakan bantuan bibit dari Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) Djarum yang sudah disesuaikan dengan kondisi alam di wilayah tersebut. Kerjasama ini sudah dilakukan selama lima tahun terakhir antara Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) dan Kelompok Tani Wonorejo Dukuh Kaliwuluh Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus melalui gerakan digital sadar lingkungan (Siap Darling) dengan kegiatan menghijaukan kawasan perbukitan Patiayam. Program ini juga melibatkan ratusan anak muda dari berbagai daerah di Indonesia untuk berpartisipasi menanam pohon berupa gerakan program One Action One Tree (OAOT).
Ketua Kelompok Tani Wonorejo , Mashuri, selaku pemprakarsa penanaman pohon mangga di perbukitan Patiayam ini mengaku awalnya banyak cibiran dari petani lain ketika awal melakukan penanaman pohon mangga di kawasan perbukitan Patiayam. Tetapi kegigihannya untuk melakukan upaya penanaman pohon keras yang produktif terus diupayakan dengan mendatangi pihak BLDF beberapa kali. "Awalnya saya berpikir untuk membuat desa saya terhindar dari bencana. Mengingat hutan di sekitar desa saya tinggal 10 persen yang memiliki tanaman keras sehingga rentan terjadi longsor", katanya, Rabu (12/11).
Menurut Mashuri, sejak tahun 2020, para petani berkolaborasi dengan BLDF untuk menanami kawasan perbukitan Patiayam dengan Pohon mangga maupun tanaman lainnya dengan cara sistem tumpang sari. "Selama lima tahun merawat akhirnya tahun lalu bisa menghasilkan panen lebih dari 30 ton buah mangga. Makanya, kami berkeinginan membangun agroforestri Wonorejo dengan dibantu generasi muda yang mempromosikan lewat media sosial (medsos), akhirnya banyak warga yang berkunjung kesini," imbuhnya.
Dikatakan, kawasan perbukitan Patiayam yang dikelola warga ada sekitar 300 hektar dengan ada 337 petani penggarap lahan. Adanya penghijauan dengan penanaman pohon produktif membuat para petani mempunyai penghasilan tambahan karena selama ini para petani hanya menanam jagung.
"Sistem tumpang sari ini membuat kami senang karena tanaman mangga mempunyai akar kuat yang bisa menahan erosi tanah sekaligus bisa bernilai ekonomis. Kedepan kami berkomitmen akan menjadikan Desa ini Sentra buah mangga terbesar di Jateng. Bersama BLDF kami akan terus menanam sampai benar-benar pegunungan di 3 blok tidak gundul lagi", imbuh Mashuri.
Ia menambahkan penanaman pohon mangga ini tak hanya di Desa Gondoharum saja, namun sudah merambah ke desa lain di kawasan perbukitan Patiayam, seperti petani di Desa Terban, Desa Klaling, Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo, dan Desa Kandangmas Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Lanjutnya, pohon mangga yang ditanam di kawasan perbukitan Patiayam, ada lima varietas yakni harumanis, Manalagi, Gadung, Golek dan Kiojay. Menurutnya, varietas mangga ini yang kebanyakan disukai masyarakat. Untuk saat ini hasil panen mangga baru bisa memenuhi pasar lokal Kudus karena permintaan mangga masih tinggi, sehingga pihaknya belum bisa memenuhi permintaan dari daerah lain.
Kilas balik kondisi kawasan perbukitan Patiayam yang membentang dari Kabupaten Kudus hingga Kabupaten Pati. Dahulu di perbukitan Patiayam yang merupakan kawasan hutan milik Perhutani tersebut hanya ditanami jagung atau tanaman musiman sehingga rawan longsor.
Bahkan beberapa kali ada kejadian banjir bandang di dukuh Ngrangit Baru Desa Terban Kecamatan Jekulo yang bersebelahan dengan Dukuh Kaliwuluh Desa Gondoharum, berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Kudus tanggal 11 April 2022 dan juga tahun 2019.
Sedangkan, pada tahun 2002 silam puluhan warga Dukuh Ngrangit Lama pernah mengalami kejadian yang besar rumah-rumah warga hilang tertimpa longsoran dari perbukitan Patiayam, sehingga warga "bedhol desa" alias pindah secara bersama-sama satu dukuh ketempat yang baru yang lebih aman yakni Dukuh Ngrangit Baru.
Kini, berkat adanya Konservasi yang dilakukan oleh BLDF, perbukitan Patiayam telah memberi harapan baru bahkan menjelma menjadi "kantong tabungan" bagi petani di Desa Gondoharum dan sekitarnya. Sebab, selain terdapat tanaman jagung dan mangga, ada pula tanaman lain yang ditanam dikawasan tersebut yang sudah mulai bisa dipanen hasilnya seperti pete, nangka, durian, pepaya sampai alpukat.
Director Communications Djarum Foundation Mutiara Diah Asmara mengatakan upaya pendampingan dan pelatihan kepada para petani di Desa Gondoharum terus dilakukan. Adanya pemberian bibit tanaman dari program OAOT diharapkan berdampak panjang bagi para petani utamanya kelompok tani Wonorejo.
Kali ini diberikan bantuan bibit sebanyak 26 ribu dan juga sarana dan prasarana seperti gazebo yang ditempatkan dikawasan perbukitan Patiayam.
"Kami mendukung para petani yang akan menjadikan kawasan Dukuh Wonorejo Desa Gondoharum menjadi sentra produksi mangga terbesar di Jawa Tengah", ujarnya.
Kasi 1 Balai Perhutanan Sosial dan kemitraan lingkungan wilayah Jawa, Ruhiat, saat dialog dengan kelompok tani Wonorejo pada Bulan Februari 2025 lalu menyatakan, inisiatif penanaman yang dilakukan petani di Desa Gondoharum menjadi bukti nyata atas dampak program Perhutanan Sosial.
Dijelaskan, sejak tahun 2017 Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan memberikan peluang kepada masyarakat untuk mengelola Perhutanan Sosial agar tetap lestari dan meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Ia berharap upaya yang dilakukan masyarakat Desa Gondoharum ini akan dicontoh oleh petani lain di sekitar perbukitan Patiayam.
Sementara itu, Dandy Mahendra selaku Program Officer Bakti Lingkungan Djarum Foundation menyebut BLDF mendukung kelompok tani Wonorejo karena memiliki visi sejalan yakni program konservasi alam demi menjaga keseimbangan ekosistem sebagai upaya menghadapi ancaman krisis iklim. Tak hanya penghijauan di perbukitan Patiayam Kudus, BLDF juga berkontribusi dalam penghijauan di lereng gunung Muria, di sepanjang jalan pantura Jawa, hingga penghijauan di kawasan candi di Jawa Tengah-DIY bahkan sampai Sumatera.
Dukungan BLDF yakni menyediakan bibit-bibit pohon yang dibudidaya di Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) di Djarum Oasis Kretek Factory Desa Gondangmanis Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Bibit-bibit itu diberikan secara gratis, sepanjang untuk kepentingan konservasi. Demikian juga pupuk organik yang diolah di Pusat Pengolahan Organik (PPO) juga diberikan secara cuma-cuma.
Menyadari masalah tersebut sejak puluhan tahun silam. Makanya Djarum Foundation, membangun Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) di Kudus pada 1979, melalui program Djarum Trees For Life. PPT ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan bibit berkualitas sekaligus menjaga dan merawat tanaman langka Tanah Air. Di tempat inilah, pohon trembesi yang disebar di utara Pulau Jawa dan lingkar Madura berasal. Selain itu, biji kopi, cengkih dan beberapa tanaman buah untuk konservasi Lereng Gunung Muria.
Pihaknya juga berkomitmen ikut melestarikan tanaman langka di antaranya tanaman botol, nagasari, bangkongan, juwet biasa, ulin, kawista, kesambi, lilin, mundu, mawar gunung dan maduka. Serta banyak lagi yang terus dikumpulkan untuk diselamatkan dari kepunahan. (Sutini)