KKP: RI negara I dengan sistem ketertelusuran perikanan standar global

Update: 2025-11-19 08:20 GMT

Ilustrasi - Aktivitas bongkar muat ikan di Pelabuhan Perikanan Karangsong di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. ANTARA/Harianto

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang memiliki sistem ketertelusuran hasil perikanan berstandar global yang dioperasikan pemerintah.

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Machmud mengatakan hal itu berkat adanya pengembangan Sistem Ketertelusuran dan Logistik Ikan Nasional (Stelina) yang memenuhi standar Global Dialogue on Seafood Traceability (GDST).

"Keberhasilan ini menjadikan Indonesia resmi diakui oleh GDST sebagai negara pertama di dunia yang memiliki sistem ketertelusuran hasil perikanan berstandar global yang dioperasikan pemerintah," kata Machmud dalam keterangan di Jakarta, Rabu (19/11).

Ia menjelaskan pengakuan itu merupakan hasil konsistensi KKP dalam mengintegrasikan sistem digital untuk memastikan ketertelusuran (traceability) produk perikanan dari hulu hingga hilir.

“Penerapan standar GDST pada Stelina menunjukkan Indonesia telah berhasil menerapkan standar global pada sistem ketertelusuran yang kredibel dan akuntabel di sektor kelautan dan perikanan,” ujar Machmud.

Menurut dia, keberhasilan Stelina memenuhi standar GDST menjadi langkah strategis dalam memperkuat akses pasar internasional bagi produk perikanan Indonesia.

Dia mengatakan pasar global kini semakin menuntut transparansi rantai pasok untuk memastikan produk dihasilkan dari praktik penangkapan dan pengolahan yang legal, berkelanjutan dan bertanggung jawab.

“Melalui Stelina, pelaku usaha dapat membuktikan asal-usul ikan yang diproduksi, termasuk metode penangkapan dan proses pengolahannya. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan pasar internasional terhadap produk perikanan Indonesia,” tutur dia.

Untuk memperkuat tata kelola perikanan, lanjut Machmud, KKP bekerja sama dengan Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) menyelenggarakan On-site Training on the Implementation of National Fish Traceability and Logistics Systems (Stelina).

"Kegiatan ini sekaligus menunjukkan peran aktif Indonesia dalam mendorong penerapan sistem ketertelusuran perikanan yang terstandar di tingkat regional," jelasnya.

Melalui pelatihan itu, KKP tidak hanya memperkuat kapasitas nasional, tetapi juga berbagi pengalaman dan praktik terbaik kepada negara-negara anggota SEAFDEC lainnya dalam membangun sistem ketertelusuran yang terintegrasi dan selaras dengan standar internasional.

Kegiatan yang didukung penuh oleh SEAFDEC dan JICA ini merupakan bagian dari program capacity building untuk memperkuat upaya penanggulangan Ilegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing di kawasan Asia Tenggara yang dilaksanakan di Surabaya pada 10–13 November 2025.

Machmud menjelaskan Standar Global Dialogue on Seafood Traceability (GDST) merupakan protokol internasional yang dikembangkan secara kolaboratif oleh berbagai pemangku kepentingan di industri perikanan dunia.

Standar itu menetapkan parameter dan format Key Data Elements (KDE) yang harus dipenuhi agar sistem ketertelusuran dapat diakui secara global, seperti lokasi tangkapan, metode penangkapan, izin kapal, data pendaratan dan sertifikasi.

Ke depan, KKP memperluas implementasi Stelina ke berbagai wilayah sentra perikanan di Indonesia serta mendorong integrasi sistem ini untuk memperkuat daya saing produk nasional.

Langkah itu merupakan bagian dari strategi besar KKP dalam mendorong hilirisasi perikanan, memastikan keterlacakan produk dan meningkatkan nilai tambah di setiap rantai pasok.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan komitmen menjalankan program ekonomi biru untuk menjaga keberlanjutan ekologi guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Salah satu langkah nyata KKP adalah memastikan kegiatan penangkapan dan budi daya perikanan di Indonesia dilakukan secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Tags:    

Similar News