SGAR menuju hilirisasi dan industrialisasi mineral
Pertambangan dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemakmuran masyarakat sehingga satu sektor yang memiliki peran penting dalam menggerakkan perekonomian suatu negara yang salah satunya memaksimalkan potensi potensi sumber daya alam (SDA) yang ada sehingga perlunya strategi hilirisasi dan industrialisasi yang tepat.
Sumber foto: Misriadi/elshinta.com.
Pertambangan dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemakmuran masyarakat sehingga satu sektor yang memiliki peran penting dalam menggerakkan perekonomian suatu negara yang salah satunya memaksimalkan potensi potensi sumber daya alam (SDA) yang ada sehingga perlunya strategi hilirisasi dan industrialisasi yang tepat.
Seperti di ketahui Hilirisasi sendiri adalah proses pengolahan SDA menjadi produk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi yang mana dengan melakukan hilirisasi, negara dapat meningkatkan pendapatan dari SDA dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Salah satu Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID sendiri memperkuat peran strategisnya dalam membangun ekosistem industri berkelanjutan melalui hilirisasi mineral seperti hal nya PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) sebagai smelter aluminium terbesar di Indonesia yang kini menjadi bagian dari MIND ID melakukan hilirisasi mineral khususnya bauksit dengan mengolahnya menjadi aluminium yang bernilai tambah tinggi.
Grup Head Business and Development INALUM, Al Zufri, sosialisasi MediaMIND 2025 di Medan menyampaikan bahwa hilirisasi menjadi kunci untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dalam negeri dimana Bauksit bernilai sekitar 40 dolar, setelah diolah menjadi aluminium nilainya dapat mencapai hingga 2.800 dolar.
"Ini bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang kontribusi nyata pada Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan lapangan kerja, serta terbentuknya ekosistem industri berkelanjutan,” jelas Al Zufri.
Berdasarkan data yang ada untuk Realisasi Produksi Aluminium dari PT. INALUM ditahun 2024 sebanyak 274.230 ton yang hal ini naik 27,6 persen secara Year on Year (YoY) dibanding tahun sebelumnya yakni di tahun 2023 sebanyak 214.883 ton, demikian jg untuk penjualan Aluminium untuk tahun 2023 sebanyak 220.087 ton dan naik di tahun 2024 sebanyak 276.381 ton atau naik 25,6 persen yang hal ini dapat dilihat bahwa kinerja operasional yang semakin efisien dan daya saing yang meningkat di tengah fluktuasi harga komoditas global.
Dengan naiknya jumlah produksi dan juga penjualan aluminium, PT. INALUM tentu juga tentu mendapatkan pertambahan Revenue dimana ditahun 2024 Inalum membukukan pendapatan sebesar 716,9 juta USD naik dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 544,8 USD sementara untuk total aset perusahaan tercatat sebesar 2,47 miliar USD, menunjukkan kekuatan finansial yang solid sebagai modal ekspansi ke depan.
Sementara itu untuk lebih mempekuat rantai pasok aluminium nasional dan mengurangi ketergantungan impor bahan baku serta upaya meningkatkan proses hilirisasi MIND ID, PT INALUM melalui anak perusahaannya PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI) yang merupakan usaha patungan antara PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dengan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) telah merampungkan pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase I di Mempawah, Kalimantan Barat dan yang nantinya dilanjutkan pengerjaan SGAR Menpawah fase II untuk melengkapi SGAR fase I.
Pada SGAR fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia di Mempawah sendiri memiliki kapasitas produksi hingga 1 juta ton alumina per tahun dimana dari 1 juta ton alumina yang dihasilkan, 500 ribu MT akan digunakan oleh Inalum sebagai bahan baku utama produksi aluminium sedangkan 500 ribu MT lainnya akan dialokasikan untuk memenuhi permintaan pasar sedangkan untuk SGAR Menpawah fase II sendiri diperkirkan berkapasitas 600 ribu ton per tahun.
SGAR Mempawah merupakan proyek strategis nasional (PSN) yang akan menghubungkan rantai pasokan antara mineral bijih bauksit dari tambang Antam dengan pabrik peleburan aluminium milik Inalum yang di harapkan dapat mengurangi ketergantungan impor alumina dari Australia sesuai harapan dari pemerintah melalui salah satu Asta Cita Presiden Prabowo Subianto terkait Hilirisasi dan industrialisasi di sektor mineral dan batu bara, seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Misriadi, Kamis(4/09).