WRI Indonesia: Transisi hijau adil jadi kunci masa depan Indonesia

Update: 2025-10-16 10:53 GMT

Elshinta/ ADP

Indonesia berada di persimpangan penting untuk menentukan arah pembangunan rendah karbon di tengah perubahan politik dan tekanan krisis iklim global. Pesan ini menjadi sorotan utama dalam Stories to Watch 2025 & Beyond yang digelar WRI Indonesia, bertema “Getting Transition Right for People, Nature, and Climate.”


Tahun ini, WRI Indonesia menekankan bahwa keberhasilan transisi hanya dapat tercapai bila Indonesia berani mengambil keputusan strategis yang berpihak pada manusia, alam, dan iklim secara bersamaan. Fokus diarahkan pada tiga sektor kunci: pangan–lahan–air, perkotaan, serta energi dan industri, yang menjadi fondasi ekonomi dan lingkungan jangka panjang.


“Transisi bukan sekadar pilihan, melainkan keharusan. Pertanyaannya bukan lagi ‘apakah’ kita harus melakukannya, tapi ‘bagaimana’ memastikan transisi ini adil dan inklusif,” ujar Direktur WRI Indonesia Nirarta Samadhi.


*Pangan–Lahan–Air: Pilar Ketahanan yang Harus Ditransformasi*


Sektor pangan, lahan, dan air menyumbang seperempat emisi nasional, namun juga menopang kedaulatan pangan dan kehidupan jutaan masyarakat Indonesia. Karena itu, WRI Indonesia mendorong sistem pangan berbasis eko-regional sesuai karakteristik wilayah, teknologi untuk meningkatkan perlindungan dan produktivitas lahan dan upaya swasembada air berbasis partisipasi masyarakat lokal.


Transformasi sektor ini dinilai krusial untuk menyeimbangkan kebutuhan pembangunan dengan keberlanjutan ekosistem.


*Kota sebagai Pusat Perubahan0*


Urbanisasi yang cepat akan menjadikan 70% penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan pada 2045. Kondisi ini menuntut kebijakan kota yang lebih tangguh terhadap krisis iklim dan berorientasi pada keadilan sosial.


Melalui kolaborasi lintas sektor, WRI Indonesia mendorong dekarbonisasi sektor transportasi dengan kendaraan listrik, penguatan sistem inventarisasi emisi dan perlindungan ruang terbuka hijau dan penyediaan hunian layak. Jakarta, Surabaya, Bali, dan Makassar menjadi contoh awal implementasi inisiatif ini.


*Energi dan Industri: Tantangan dan Peluang*


Sektor energi dan industri menyumbang lebih dari separuh emisi nasional, sebagian besar berasal dari ketergantungan pada batu bara dan bahan bakar fosil.


WRI Indonesia bekerja sama dengan pemerintah dan pelaku industri untuk menyusun Peta Jalan Dekarbonisasi Industri dan Nikel, memperluas pembiayaan energi bersih dan mendorong tercapainya target RUPTL untuk 76% tambahan kapasitas listrik dari energi terbarukan. Langkah ini menempatkan Indonesia pada jalur menuju ekonomi hijau dan daya saing global baru.


*Kepemimpinan Iklim sebagai Penentu*


Tokoh masyarakat Yenny Wahid mengingatkan pentingnya keberanian politik dalam proses transisi.

“Kepemimpinan iklim sejati menuntut keberanian moral, bukan sekadar strategi ekonomi. Kita butuh arah yang jelas agar transisi ini tak meninggalkan siapa pun,” ujarnya.


Acara yang menghadirkan sejumlah tokoh lintas sektor ini juga menggelar tiga panel utama: Akselerasi Ambisi Iklim, Transisi Energi untuk Perkotaan dan Industri, serta Transformasi Sistem Pangan, Lahan, dan Air. Diskusi menekankan perlunya kolaborasi semua pihak untuk mencapai target transisi nasional yang adil.


Sebagai penutup, peneliti muda WRI Indonesia menyerukan komitmen bersama untuk mendukung transisi adil yang berpihak pada manusia, melindungi alam, dan menjaga stabilitas iklim. Stories to Watch menjadi momentum tahunan untuk memperkuat kerja sama antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat sipil.

(Arie Dwi Prasetyo)

Similar News