Apresiasi terhadap imbauan tak ada kembang api di malam Tahun Baru
Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Jakarta, Yayat Supriyatna mengapresiasi Pemerintah yang melakukan imbauan tidak gelar pesta kembang api dalam menyambut pergantian tahun karena masih dalam kondisi bencana yang terjadi di Aceh , Sumatera Utara dan Sumatra Barat.
Penilaian itu disampaikan dalam Elshinta News and Talk edisi siang, Rabu (31/12/2025).
Menurut Yayat imbauan tidak melakukan pesta kembang api atau kegiatan yang bersifat hura-hura menjelang akhir tutup tahun ini sebenarnya sebetulnya sudah banyak dilakukan.
Ia memberikan contoh misalnya untuk Propinsi DKI Jakarta yaitu Gubernur Pramono Anung sudah mengatakan Jakarta tidak ada pesta kembang api meski acara-acara hiburan di beberapa pusat kegiatan tetap digelar.
Sementara itu, di Kota Semarang pihak kepolisian mengimbau tidak dilakukan acara kembang api atau hal-hal yang menjurus kearah seperti pesta hura-hura.
Yayat mengungkapkan perlu menjadi catatan saat ini merupakan kondisi ditengah keprihatinan. Meskipun kesannya kembang api adalah suatu kemeriahan tapi konteknya pemborosan.
“Artinya kita membakar petasan untuk ungkapan kegembiraan, tapikan kita tahu kita sedang kesulitan terkait tentang kesulitan ekonomi, masih banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan bantuan serta tidak punya penghasilan tetap,” ungkap Yayat Supriatna dalam wawancara yang dipandu News Anchor Annisa Madina.
Selain itu Yayat Supriyatna menilai apabila sifat kkegiatan yang menghambur-hamburkan tersebut bisa dikendalikan merupakan sesuatu hal yang positif.
Menurutnya hal lain yang bisa dicegah dari kegiatan kemeriahan tersebut untuk menghindari terjadinya potensi bencana. Biasanya adanya kegembiraan atau eforia yang berlebihan secara tiba-tiba bisa menimbulkan bentrok fisik apalagi kalau ada kumpulan masa (crowd) yang diperkirakan besar.
“Nah ada baiknya memang, kalau dibeberapa daerah seperti di Jakarta itu dilakukan car free day. Artinya untuk zona-zona yang diperkirakan padat dengan kemacetan itu dilakukan penutupan jalan sehingga kepadatan kendaraan tidak terjadi,”jelas Yayat Supriyatna yang juga pengamat perkotaan.
Pada kesempatan tersebut Yayat Supriyatna menegaskan untuk menghindari potensi keramaian yang sangat padat untuk tidak dibuka di ruas-ruas jalan tertentu atau dialihkannya agar kemacetan tidak terjadi pada satu titik.
Penulis: M. Muslichun/Ter


