Menteri ESDM: Impor BBM tambahan SPBU swasta bukan skema satu pintu

Update: 2025-09-19 12:50 GMT

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia saat konferensi pers usai melakukan pertemuan dengan SPBU swasta di Jakarta, Jumat (19/9/2025). (ANTARA/Muzdaffar Fauzan)

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan skema impor BBM tambahan untuk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta, Shell, Vivo, British Petroleum (BP), Exxon Mobil melalui Pertamina bukan skema satu pintu.

Bahlil di Jakarta, Jumat (19/9) menyampaikan kebijakan kolaborasi dengan melibatkan perusahaan negara tersebut karena stok impor tambahan yang diperoleh oleh SPBU swasta saat ini sudah menipis, sehingga perlu pengaturan karena BBM merupakan cabang industri yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

‎"Saya ingin menjelaskan bahwa impor ini bukan skema satu pintu. Kuota impornya ini sudah diberikan 110 persen dibandingkan dengan tahun 2024," kata Bahlil.

‎‎"Jadi tidak ada yang satu pintu, satu pintu itu," kata dia lagi.

‎‎Dikatakan Bahlil, untuk skema impor tahun depan, pihaknya akan mengatur secara baik, dengan melihat pangsa pasar (market share) dari SPBU swasta.

‎‎"Saya katakan bahwa negara ini ada aturan, harus semuanya sesuai aturan. Pembatasan itu bagian daripada aturan, jangan juga oversupply," ucapnya.

‎‎Sebelumnya, Bahlil menyatakan SPBU swasta menyetujui untuk membeli stok BBM tambahan dengan skema impor melalui Pertamina.

‎‎"Mereka setuju, dan memang harus setuju untuk beli, berkolaborasi dengan Pertamina," ucap Bahlil.

‎‎Menurut Bahlil, dari kesepakatan tersebut, SPBU swasta mengajukan beberapa syarat dalam skema impor tambahan BBM lewat kolaborasi dengan Pertamina, yaitu BBM yang dibeli merupakan BBM murni (fuel base) yang nantinya akan dilakukan pencampuran di tangki SPBU masing-masing.

‎‎Syarat selanjutnya, SPBU swasta mengajukan adanya survei bersama pembelian stok BBM, serta adanya transparansi harga pembelian.

Tags:    

Similar News