Miris! Siswa SMP 62 Bekasi belajar di gedung bekas kantor kelurahan yang rawan roboh
Di tengah hiruk-pikuk Kota Bekasi sebagai kota metropolitan, ratusan siswa Unit Sekolah Baru (USB) SMP Negeri 62 Kota Bekasi terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar di bangunan yang nyaris roboh.
Sumber foto: Hamzah Aryanto/elshinta.com.
Di tengah hiruk-pikuk Kota Bekasi sebagai kota metropolitan, ratusan siswa Unit Sekolah Baru (USB) SMP Negeri 62 Kota Bekasi terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar di bangunan yang nyaris roboh.
Kegiatan belajar tetap berlangsung meski kondisi bangunan tidak layak, dengan atap bolong, tembok retak, dan lantai becek yang sering digenangi air dari rembesan kamar mandi.
Sejak tahun 2022, para siswa telah menjalani proses pembelajaran di gedung bekas Kantor Kelurahan Medan Satria yang kini difungsikan sebagai sekolah sementara.
Kondisi memprihatinkan itu diakui langsung oleh salah seorang siswi kelas 8, Nadila Aida.
“Kelas saya bersebelahan dengan toilet. Air sering rembes dan becek dari kamar mandi. Kami belajar tanpa meja dan kursi, pas ujian yang cape,” ujar Nadila saat ditemui di sekolah, Rabu (8/10/2025).
Sementara itu, Pelaksana Harian (PLH) Wakil Kepala Sekolah USB SMP 62 Kota Bekasi, Dedi Permadi, menjelaskan bahwa sekolah tersebut masih berstatus USB (Unit Sekolah Baru) yang berada di bawah naungan SMP Negeri 19 Kota Bekasi.
Gedung sekolah yang digunakan saat ini merupakan hibah dari Pemerintah Kota Bekasi, gedung bekas Kelurahan Medan Satria karena wilayah tersebut sebelumnya belum memiliki sekolah menengah pertama negeri.
“Awalnya ini adalah gedung bekas kantor kelurahan. Karena di wilayah Medan Satria belum ada SMP negeri, akhirnya diusulkan oleh warga dan FKRW untuk dijadikan sekolah. Kami sudah berjalan hampir tiga tahun,” ungkap Dedi seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Hamzah Aryanto, Rabu (8/10).
Menurut Dedi, kerusakan fisik bangunan sudah sering terjadi, bahkan beberapa kali atap ruang kelas dan ruang guru sempat ambruk. Beruntung, insiden tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.
“Sudah tiga kali atap ruangan roboh, tapi syukurlah tidak sampai menimpa siswa karena kejadiannya saat malam hari dan libur sekolah,” jelasnya.
Dedi menambahkan, kegiatan belajar mengajar di SMP 62 Bekasi harus dilakukan secara bergantian dalam dua shift, karena jumlah ruang kelas sangat terbatas. Dari total sekitar 320 siswa, hanya tersedia empat ruang kelas aktif yang digunakan untuk kelas 7, 8, dan 9.
“Kami bagi waktu belajar dua sesi, pagi untuk kelas 8 dan 9, siang untuk kelas 7. Kalau ujian semesteran, kami biasanya menumpang di SMP 19,” kata Dedi.
Kendati berada dalam kondisi serba terbatas, semangat para guru dan siswa untuk tetap belajar tidak surut. Mereka berharap Pemerintah Kota Bekasi segera merealisasikan rencana pembangunan gedung sekolah baru melalui program Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tahun 2026.
“Kami berharap pemerintah segera membangun gedung baru agar siswa bisa belajar dengan aman dan nyaman. Kalau bisa, pembangunan dipercepat karena kondisinya sudah sangat memprihatinkan,” tegas Dedi.
Dengan kondisi saat ini, para siswa SMP 62 Bekasi masih harus bersabar menempuh pendidikan di bangunan yang nyaris roboh, sembari menunggu perhatian serius dari pemerintah agar hak mereka untuk belajar di ruang yang aman segera terwujud.