108 anak TK di Magelang beradu kreativitas di Open School SDK Pendowo 2025

Sebanyak 108 anak, siswa dari 20 TK di Kota Magelang, Jawa Tengah, memeriahkan rangkaian acara Open School 2025 SD Kanisius Pendowo. Para siswa tersebut mengikuti dua lomba yang digelar, yaitu lomba kolase dan lomba menghias bekal makanan sehat.

Update: 2025-11-21 09:10 GMT

Sumber foto: Kurniawati/elshinta.com.

Sebanyak 108 anak, siswa dari 20 TK di Kota Magelang, Jawa Tengah, memeriahkan rangkaian acara Open School 2025 SD Kanisius Pendowo. Para siswa tersebut mengikuti dua lomba yang digelar, yaitu lomba kolase dan lomba menghias bekal makanan sehat.

Lomba menghias bekal makanan sehat yang dimaksud adalah lomba membuat roti lapis atau sandwich. Dengan berpasangan, tiap tim peserta anak diminta untuk menyusun semua bahan yang telah disediakan panitia, seperti roti tawar, telur, sosis, selada, keju, serta maraciknya dengan saus mayonais, dan saus tomat. Tidak sekedar menumpuk bahan, mereka pun juga harus merangkai bahan-bahan itu hingga memiliki tampilan menarik untuk disantap.

Dalam lomba kolas, tim peserta terdiri dari tiga anak. Mereka ditantang, beradu kreativitas menyusun aneka bahan yang terdiri dari beragam jenis kacang-kacangan, potongan daun, serta serpihan batu-batu kecil.Susunan beragam bahan tersebut dirangkai peserta mengisi berbagai gambar yang telah disediakan panitia, seperti gambar burung hantu dan ikan.

Dua lomba ini digelar gratis. Digelar untuk siswa TK, penyelenggaraan lomba diupayakan tanpa intervensi orangtua. Namun, dalam kenyataan di lapangan, upaya ini pun tentu sulit dilakukan.

Dalam lomba menghias bekal makanan sehat misalnya, sejumlah ibu nampak berupaya membantu, dengan meneriakkan urutan bahan yang harus diletakkan anak dalam roti taawar, melalui jendela ruang kelas yang menjadi arena lomba. Sejumlah ibu yang lain berseru-seru mengingatkan anak agar jangan sampai lupa meletakkan tomat, dan aneka bahan lain.

Beberapa anak terlibat menampilkan ide unik dengan tidak sekedar menumpuk bahan. Namun, ide menyusun sandwich pun ternyata tidak orisinil dari inisiatif siswa, melainkan dari orangtuanya. Ide itu pun tidak sepenuhnya sukses dijalankan.

“Saya sudah berupaya mengajari di rumah. Maksudnya supaya sandwichnya unik dan cantik. Tapi jadinya kok begini,” kata Nora, salag seorang ibu menatap hasil karya putri dan dan rekannya, sambil meringis, dan menahan geli seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Kurniawati, Jumat (21/11). 

Di lomba kolase, beberapa guru pendamping juga tetap berupaya terlibar dan memberi saran anak didiknya dalam menyusun bahan. Salah seorang juri, Andritopo berupaya menengahi. “Tidak mengapa bu, biarkan saja. Daripada nantinya anak malah merasa tidak enak hati karena penyusunan bahan tidak berdasar keinginan sendiri,” ujarnya, sembari tersenyum.

Acara Open School SD Kanisius Pendowo termasuk dua lomba itu, berlangsung lancar dan meriah. Anak-anak sangat menikmatinya, dan puncak kemeriahan terjadi saat pentas barongsai yang digelar sebelum pengumuman juara lomba.

Anak-anak sangat antusias menonton. Beberapa anak memulai dengan memberi angpau pada barongsai. Aksi ini sontak langsung diikuti oleh anak-anak lain. Mereka tang semula hanya menonton langsung meluber, menmdekati barongsai, memberikan amplop bahkan makanan. Ketika pentas hampir berakhir, beberapa anak masih mencoba mendekat, dan mengekor.

Tidak hanya dari pelaksanaan lomba, kemeriahan acara juga terlihat dari antusias keluarga, dan guru-guru pendamping siswa. Semua hadir gembira, tanpa sekat. Sekalipun SD Kanisius Pendowo adalah sekolah berbasis pendidikan Katolik, sebagian dari orangtua dari siswa sekolah lain yang hadir, adalah ibu-ibu Muslim yang berkerudung.

Elisabeth Pawestri, ketua panitia penyelenggara Open School 2025, mengatakan dengan mengangkat tema “Kreatif, Sehat Bersama Sahabat Kecil”, setiap amak yang menjadi peserta lomba diminta agar benar-benar mencurahkan ide, kreativitasnya semaksimal mungkin. Dengan pelaksaan acara ini, SD Kanisus Pendowo juga sekaligus berupaya membuka diri dan membuka jaringan seluas mungkin. Hal ini juga dilakukan sebagai bentuk penegasan bahwa SD yang sudah berdiri sejak tahun 1919 ini masih terus eksis berdiri dan menjalankan kegiatan belajar mengajar dengan baik. 

Tags:    

Similar News