Mendiktisaintek dorong sains mampu menjawab permasalahan masyarakat

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menegaskan pengembangan sains dan teknologi di Indonesia harus bergeser dari sekadar pencapaian angka-angka menuju kebermanfaatan nyata bagi masyarakat.

By :  Widodo
Update: 2025-12-21 09:40 GMT

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto memberikan keterangan di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (28/11/2025). ANTARA/Mentari Dwi Gayati/aa.

Elshinta Peduli

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menegaskan pengembangan sains dan teknologi di Indonesia harus bergeser dari sekadar pencapaian angka-angka menuju kebermanfaatan nyata bagi masyarakat.

"Sains tidak boleh eksklusif, teknologi harus dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan pengetahuan tidak boleh tumbuh meninggalkan masyarakat," katanya melalui keterangan di Jakarta, Minggu.

Brian menegaskan pihaknya ingin membangun paradigma baru dimana teknologi tidak lagi berjarak dari kehidupan sehari-hari melalui Program Semesta.

Ia juga menyoroti tantangan besar dalam hilirisasi riset, yaitu Death Valley atau "Lembah Kematian" inovasi.

Menteri mendorong agar prototipe hasil riset tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi bertransformasi menjadi produk komersial untuk menekan ketergantungan impor.

Lebih lanjut, Direktur Jenderal Sains dan Teknologi (Dirjen Saintek) Kemdiktisaintek Ahmad Najib Burhani melaporkan bahwa kolaborasi strategis antara Kemdiktisaintek dan LPDP telah membuahkan hasil nyata.

Ia menyebut, sebanyak 137 poster dan produk inovasi dari Program Semesta mencakup skema In Saintek, Tera Saintek, Resona Saintek, dan Berdikari dipamerkan sebagai bukti kedaulatan berpikir bangsa.

Elshinta Peduli

Najib menambahkan, 100 karya terbaik dari program berdikari akan dirangkum dalam sebuah buku yang akan diluncurkan agar lebih mudah diakses publik.

"Seratus kisah yang tersaji dalam buku itu memperlihatkan bahwa sains dan teknologi tidak berdiri di luar masyarakat. Di situlah sains dan teknologi menemukan makna sosialnya, bukan sekadar sebagai simbol kemajuan, tetapi sebagai motor penggerak yang memperkuat daya hidup, produktivitas, dan ketahanan masyarakat," ujarnya.

Di samping itu, Najib memaparkan sejumlah produk riset seperti pemanfaatan sabut kelapa dari Politeknik ATMI Surakarta, inovasi berbasis IoT untuk lahan kering di NTT oleh Politeknik Negeri Kupang, teknologi jagung sen organik oleh Politeknik Pertanian Negeri Kupang, serta transformasi limbah pasar menjadi pakan ayam oleh Universitas Papua menjadi sejumlah produk riset unggulan yang rampung pada 2025 ini.

Kemdiktisaintek juga memperkenalkan skema Suryakanta yang merupakan sebuah inisiatif baru untuk mengukur dampak perguruan tinggi.

"Melalui Suryakanta, kita ingin menggeser fokus kinerja dari yang tadinya hanya menghitung jumlah riset, menjadi mengukur seberapa besar manfaat riset tersebut bagi masyarakat luas," tutur Ahmad Najib Burhani.

Elshinta Peduli

Similar News