Mimpi besar Timnas Futsal Indonesia
Pemain timnas futsal Indonesia Muhammad Shyaifullah (kiri) bersama rekan-rekan melakukan selebrasi setelah mencetak gol ke gawang Belanda dalam lanjutan AQUA Futsal Four Nations Cup 2025 di GBK Basketball Hall, Jakarta, Sabtu (20/9/2025). ANTARA/Fauzan.
Timnas Futsal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan perkembangan yang signifikan dengan berbagai capaian yang diraih. Dari sekadar olahraga alternatif sepak bola, futsal kini menjelma sebagai cabang yang mampu menarik perhatian publik dengan pencapaian prestasi tim nasional.
Keseriusan pembinaan terlihat dari hadirnya kompetisi dan pembinaan berjenjang yang terstruktur, mulai dari level usia dini, liga amatir, hingga profesional.
Keseriusan Federasi Futsal Indonesia dalam membentuk Operator Liga Profesional menghadirkan berbagai liga seperti Pro Futsal League (PFL), Pro Futsal League 2 (PFL 2), serta Women's Pro Futsal League menjadi wadah penting bagi pemain untuk mengasah kemampuan dan menjadi lumbung talenta bagi tim nasional.
FFI telah memetakan pentingnya pembinaan jangka panjang sebagai peta jalan pengembangan futsal Indonesia. Filosofi yang diusung berbeda dengan timnas sepak bola, terutama dalam hal pemilihan pemain.
Jika di sepak bola pemain-pemain naturalisasi terus bermunculan, maka di futsal arah kebijakan justru lebih menekankan pada pengembangan pemain lokal. Hal ini sejalan dengan visi untuk mencetak identitas permainan khas Indonesia yang cepat, lincah, dan penuh kreativitas.
Kebijakan tanpa pemain naturalisasi bukan sekadar pilihan praktis, melainkan bagian dari strategi jangka panjang. Kepala Pelatih sekaligus Direktur Teknik Timnas Futsal Indonesia Hector Souto percaya bahwa talenta-talenta pemain futsal Indonesia sudah lebih dari cukup dibanding pemain impor. Asalkan, pembinaan level timnas sudah dilakukan sejak para pemain itu masih berusia di bawah 10 tahun.
Kompetisi domestik juga telah cukup untuk menyuplai pemain berkualitas, terbukti dengan beberapa nama yang kini mengudara seperti Andri Kustiawan dan Evan Soumilena.
Secara prestasi, futsal Indonesia telah mencatatkan pencapaian penting di level Asia Tenggara, Asia, dan bahkan global. Timnas futsal pernah menembus final Piala AFF Futsal berulang kali, dan terakhir menjadi juara ASEAN Futsal Championship 2024 di Thailand setelah sebelumnya juara pada edisi 2010 di Vietnam.
Dalam perhelatan lebih besar, yakni Piala Asia Futsal, Indonesia beberapa kali berhasil lolos dari fase grup dan mencatatkan capaian bersejarah dengan menembus perempat final.
Pada AFC Futsal Asian Cup 2022, misalnya, Indonesia tampil impresif hingga mencapai delapan besar, sebelum dihentikan Jepang. Capaian tersebut menunjukkan adanya progres nyata dan konsistensi performa tim di level regional dan benua.
Berdasarkan peringkat FIFA per 29 Agustus 2025, Timnas Futsal Indonesia berada di urutan ke-23 dunia. Sedangkan jika disejajarkan dengan negara-negara Asia, Indonesia berada di peringkat lima di bawah Iran, Thailand, Jepang, dan Uzbekistan.
Kompetisi terdekat yang menjadi target Timnas Futsal adalah merebut medali di SEA Games 2025 Thailand. Setelahnya, pada Januari 2026, Timnas Futsal akan tampil sebaik-baiknya pada ajang AFC Futsal Asian Cup 2026 di mana Indonesia menjadi tuan rumah. Target juara selanjutnya adalah Asia, namun ketua FFI Michael Sianipar tidak ingin membebankan target dalam jangka waktu tertentu pada pemain dan pelatih.
Jalan panjang menuju juara dunia
Strategi menuju tahta Asia dan dunia tidak bisa dilakukan dengan langkah instan. FFI bersama tim pelatih menyadari betul bahwa yang dibutuhkan adalah strategi realistis dan berkesinambungan. Ketua Umum FFI Michael Sianipar menegaskan bahwa target jangka menengah yang dikejar saat ini adalah gelar juara Asia sebelum menatap Piala Dunia.
Target itu memang membutuhkan waktu, tetapi FFI tetap optimistis, bahkan berani menetapkan sasaran tambahan, yakni membawa Indonesia menembus peringkat 20 besar dunia sebelum berlaga di Piala Asia Futsal 2026. Penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah ajang bergengsi itu menjadi keuntungan strategis, sebab skuad Garuda otomatis lolos dan punya momentum besar untuk menunjukkan kualitas di hadapan publik sendiri.
Pencapaian itu hanya bisa lahir dari fondasi yang kuat. Karena itu, pembinaan usia dini terus ditekankan, bahkan sejak anak-anak berusia enam tahun, agar mereka terbiasa dengan kompetisi sejak awal.
Struktur pembinaan kelompok umur seperti U-16 dan U-20 diperkuat demi memastikan regenerasi tidak terputus. Jalur itu diperkuat pula oleh keberadaan Indonesia Pro Futsal League (PFL), yang sejak 2016 bertransformasi menjadi kompetisi profesional. Klub-klub peserta diharapkan tidak hanya mengejar prestasi, tetapi juga mengembangkan akademi usia muda agar talenta lokal terus lahir dan langsung terhubung dengan filosofi tim nasional.
Selain pembinaan, intensitas pemusatan latihan dan uji coba internasional menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar. Tanpa itu, tim berisiko kehilangan momentum ketika berhadapan dengan lawan kelas Asia atau dunia. Karena itu, selepas kompetisi domestik, timnas biasanya menjalani pemusatan latihan yang dilanjutkan dengan laga uji coba melawan tim kuat.
Turnamen undangan internasional juga menjadi bagian penting, seperti saat Indonesia tampil di 4 Nations World Series dan sukses menembus final, meski akhirnya menjadi runner-up. Hasil itu tetap memberikan pengalaman berharga untuk mengasah mental dan taktik di bawah tekanan tinggi.
Stabilitas di kursi kepelatihan turut memberi kepercayaan diri. Hector Souto, yang kontraknya diperpanjang hingga 2028, menunjukkan rekam jejak positif dengan membawa tim meraih gelar AFF 2024 dan menampilkan performa solid di berbagai ajang internasional. Konsistensi kepemimpinan dianggap krusial agar visi permainan dapat dijalankan tanpa terputus, sekaligus membangun kultur kemenangan yang berkelanjutan.
Meski begitu, jalan menuju mimpi juara Asia dan dunia tentu tidak mulus. Kesenjangan kualitas dengan tim-tim papan atas Asia seperti Iran, Jepang, dan Uzbekistan masih menjadi tantangan besar. Mereka memiliki tradisi panjang, pelatih kelas dunia, dan pengalaman rutin di Piala Dunia futsal.
Indonesia juga harus memperkuat kedalaman skuad, sebab untuk tampil konsisten dibutuhkan lebih dari sekadar belasan pemain kelas Asia. Anggaran, fasilitas, dan sinkronisasi antara klub dan timnas pun masih menjadi pekerjaan rumah. Belum lagi kebutuhan akan eksposur internasional yang harus terus dipenuhi agar pemain tidak kesenjangan pengalaman.
Namun, semua rintangan itu justru menjadi bahan bakar ambisi. Tahun 2026 akan menjadi titik balik penting ketika Indonesia menjadi tuan rumah Piala Asia Futsal. Ekspektasi tinggi sudah ditaruh, minimal mencapai empat besar dan membuka jalan ke Piala Dunia. Sukses di Piala Asia 2026 akan menjadi kartu As bagi Indonesia untuk melangkah lebih jauh, termasuk peluang menjadi calon tuan rumah Piala Dunia Futsal pada edisi-edisi mendatang.
Lebih jauh lagi, FFI membentangkan visi jangka panjang hingga 2040, bahkan ke 2045, bertepatan dengan satu abad kemerdekaan Indonesia. Di tahun itulah, federasi menargetkan Indonesia bisa menyatakan diri sebagai juara dunia futsal.
Ambisi itu memang terdengar besar, bahkan mungkin terlalu berani. Namun, hanya dengan mimpi sebesar itulah seluruh elemen mulai dari federasi, klub, pelatih, pemain, dan publik bisa bersatu visi, bekerja keras, dan melampaui batas yang ada saat ini.