Tadabbur Dream Adventure: Sebuah metode belajar hard skill & soft skill yang efektif
Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mengkombinasikan teori dan praktek dengan seimbang. Karena itu Pondok Pesantren Sekolah Impian membuat sebuah metode pembelajaran yang berani yaitu dengan mengadakan sebuah kegiatan yang diberi nama: Tadabbur Dream Adventure (TDA).
Tadabbur Dream Adventure dirancang sebagai katalis untuk mentransformasi pengetahuan teoretis menjadi kemampuan praktis, dengan prinsip dasar “Belajar paling efektif adalah belajar langsung dari para praktisi.”
Berbeda dengan study tour, field trip, atau kunjungan studi konvensional yang lain, yang hanya berfokus pada pariwisata dan pengamatan pasif. Tadabbur Dream Adventure adalah ekspedisi riset yang inklusif, partisipatif dan problem-solving oriented.
Ini adalah kegiatan tahunan sebagai ekspresi pendidikan yang percaya bahwa kompetensi sejati lahir dari pengalaman.
Pada tahun ini, kegiatan Tadabbur Dream Adventure bertemakan “Peran penghafal Quran dalam mendukung program “Ketahanan Pangan” dengan memanfaatkan Skill IoT, AI, dan Bisnis”. Para peserta didik merencanakan project yang ingin mereka kerjakan.
Mereka sendirilah yang harus mencari tahu lokasi/tempat narasumber mereka untuk belajar, riset tempat tujuannya, mengatur tiket transportasi seperti pesawat, kereta, atau bus, memesan penginapan, menyiapkan surat perijinan atau berkas yang dibutuhkan, sampai menghubungi dan meyakinkan tempat-tempat yang akan mereka kunjungi agar mau menerima mereka.
Semua itu dilaksanakan berkelompok dan diberikan 1 guru sebagai mentor di setiap kelompoknya.
Kenapa harus serumit itu? Karena di situlah salah satu proses pembelajarannya. Sekolah Impian percaya bahwa pendidikan kemandirian dan kedewasaan lahir dari bagaimana peserta didik mampu untuk mengasah kemampuan soft skill mereka, serta bagaimana mereka merencanakan mitigasi risiko dalam perjalanan mereka.
Para santri tidak datang sebagai turis, tetapi sebagai peneliti, inovator, dan pembelajar yang memiliki misi spesifik. Mereka dilatih untuk mengobservasi, mewawancarai, menganalisis, dan merancang solusi berdasarkan temuan lapangan.
Tadabbur Dream Adventure pada tahun 2025 ini mengunjungi banyak sekali tempat-tempat menarik untuk mereka kunjungi. Setiap kelompok pergi ke destinasi seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Padang, Yogyakarta. Bahkan ada satu kelompok yang pergi ke luar negeri yaitu China.
Ekspedisi ke Negeri China: Membedah DNA Inovasi China
Pada Tadabbur Dream Adventure edisi 2025, salah satu kelompok TDA yang terdiri dari delapan santri dan seorang mentor menjadikan Shenzhen, China, sebagai destinasi kunjungan mereka.
Pemilihan China bukan tanpa alasan yang mendalam. Di tengah peta inovasi global, China telah melakukan lompatan fenomenal dari “Pabrik Mainan Murah Dunia” menjadi “Raksasa Teknologi” yang mendikte standar masa depan di bidang 5G, kecerdasan buatan (AI), dan ekonomi digital.
Shenzhen, khususnya, adalah epitome dari transformasi ini: sebuah kota yang dalam 40 tahun berubah dari desa nelayan menjadi “Silicon Valley-nya Asia”.
Yang spesial dari ekspedisi ini adalah kemampuan dan kemandirian tim TDA dalam mengorganisir seluruh perjalanan mereka secara mandiri, tanpa bergantung pada jasa travel agent, serta berbekal riset dari berbagai sumber.
Mereka membagi diri menjadi beberapa divisi fungsional: logistik dan akomodasi, penelitian dan tujuan kunjungan, dokumentasi, serta keuangan.
Setiap anggota bertanggungjawab penuh atas tugasnya, mulai dari mengurus visa, membandingkan dan memesan tiket pesawat serta hotel, merancang itinerary, me-lobby tempat & event yang ingin mereka kunjungi, hingga menyusun anggaran detail.
Proses ini mengajarkan project management, negosiasi, dan tanggung jawab kolektif pada level yang mendalam sebagai dasar dari kemampuan soft skill mereka.
Destinasi Pertama: Mempelajari Super App di Nantou Ancient City
Perjalanan mereka dimulai di Nantou Ancient City, sebuah kawasan bersejarah yang justru menjadi tempat yang tepat untuk mengamati adopsi teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Di sini, kontras antara arsitektur tradisional dan transaksi digital modern terlihat jelas. Tim mengamati, trial & error, survey, dan melakukan user experience research pada penggunaan Super App seperti WeChat Pay dan Alipay.
Mereka melihat bagaimana pedagang tua di gang sempit, penjual makanan tradisional, toko suvenir, hingga coffee shop yang modern, semuanya bertransaksi dengan cukup menggunakan satu aplikasi saja, tanpa ada uang cash sama sekali.
Pelajaran yang didapat bukan hanya tentang teknologi yang mereka pakai, tetapi tentang depth of adoption, bagaimana sebuah inovasi bisa meresap hingga ke lapisan masyarakat terdalam.
Ini adalah jawaban mengapa ekosistem digital China begitu tangguh: karena ia inklusif dan memecahkan masalah yang benar-benar dialami masyarakatnya.
Destinasi Kedua: Museum of Contemporary Art & Planning Exhibition (MOCAPE)
Untuk memahami “mengapa” di balik kesuksesan Shenzhen, kelompok TDA ini mengunjungi Museum of Contemporary Art & Planning Exhibition (MOCAPE). Di tempat ini bukan sekadar display artefak, melainkan showcase narasi visual yang powerful tentang transformasi China sejak 1978.
Tempat ini dengan jelas memetakan perjalanan panjang China dari era “Made in China” (industri manufaktur berbiaya rendah) menuju “Created in China” dan “Designed in China”.
Data dan grafik yang dipamerkan menunjukkan bagaimana kebijakan strategis seperti “Made in China 2025” menjadi titik balik. Pemerintah secara masif mengalihkan investasi dan insentif dari industri padat karya ke sektor-sektor bernilai tinggi: semikonduktor, cloud computing, kecerdasan buatan (AI), bioteknologi, dan kendaraan listrik.
Selain itu, di sisi lain MOCAPE. Tim TDA ini juga mempelajari peta dan maket raksasa yang menunjukkan perencanaan tata kota Shenzhen yang visionary. Zona-zona khusus untuk R&D, kawasan industri hi-tech, dan kluster inovasi dirancang untuk mendorong kolaborasi dan efisiensi.
Di sinilah tim memahami bahwa kesuksesan China bukanlah hanya kebetulan, melainkan hasil dari perencanaan strategis jangka panjang, komitmen pada infrastruktur yang tidak main-main, dan keberanian untuk berinovasi.
Destinasi Utama: Menyelami Masa Depan di China Hi-Tech Fair (CHTF)
Kunjungan puncaknya adalah tim TDA ini ke China Hi-Tech Fair (CHTF) 2025, pameran tahunan teknologi terbesar dan paling berpengaruh di China.
Banyak yang beranggapan bahwa event ini adalah pameran teknologi untuk 5-10 tahun ke depan yang akan diperkenalkan kepada dunia.
Ratusan stan dari perusahaan global dan startup paling inovatif seperti Huawei, Tencent, DJI, BYD, Qualcomm, ZTE, dsb., memamerkan terobosan terbaru di bidang robotika, AI, Internet of Things (IoT), kesehatan, dan smart city solutions.
Di sini tim TDA tidak hanya berjalan mengamati. Mereka datang dengan research grid serta kuisioner yang telah disiapkan. Mereka mendatangi stan-stan yang relevan, melakukan wawancara singkat dengan exhibitor, dan mendiskusikan teknologi yang bisa diadaptasi.
Mereka tidak segan melakukan wawancara mendalam dengan engineer atau product manager untuk memahami prinsip kerja dan aplikasi bisnis dari teknologi tersebut, yang secara langsung menginspirasi dan memvalidasi aspek teknis dari proyek yang sedang mereka garap di Pondok Pesantren Sekolah Impian.
Ekspedisi ke Malang: Mengasah Soft Skill Melalui Praktik Mengajar yang Transformatif
Kelompok TDA lain yang bernama kelompok Al-Hazen memilih Malang sebagai destinasi untuk mengasah soft skill melalui metode unik: Mengajar. Dengan komposisi enam anggota, mereka merancang ekspedisi yang berfokus pada penyampaian materi tentang Islamic Technology, yang dibagi menjadi dua segmen utama: ITMI (Islamic Technology Mindset Installation) dan K2IAM (Kreatif, Kompetitif, Inovatif, Antisipatif, Monetitatif), serta praktik Game Development.
Proses persiapan yang ketat mulai dari riset materi, penyusunan slide, pembuatan contoh, hingga latihan presentasi, membuka mata mereka terhadap kompleksitas profesi pengajar.
Mereka menyadari bahwa mengajar membutuhkan penguasaan materi yang mendalam, kemampuan improvisasi, dan kesiapan menjawab berbagai pertanyaan.
Selama tiga hari di Malang, mereka mengunjungi empat sekolah: Al Azhar 56, SDIT Insantama Malang, SDN Dinoyo 02, dan SDI Moh Hatta. Di setiap lokasi, mereka harus beradaptasi dengan slot waktu dan karakteristik audiens yang berbeda, melatih fleksibilitas dan kemampuan manajemen energi. Respon positif dari peserta, terutama dalam sesi praktik pembuatan game di mana 95% dari 119 siswa berhasil membuat game pertamanya, menjadi bukti nyata efektivitas metode pembelajaran partisipatif yang mereka terapkan.
Ekspedisi ini tidak hanya mengasah keterampilan komunikasi dan penyampaian materi mereka, tetapi juga memperkuat pemahaman mereka tentang tanggung jawab sosial dalam dunia pendidikan. Mereka mengalami langsung bahwa mengajar adalah seni berbagi ilmu sekaligus membentuk mindset generasi muda yang akan datang.
Ekspedisi ke Padang: Sinergi Pendidikan, Teknologi, dan Ketahanan Pangan di Tengah Ujian Alam
Pada ekspedisi lain, satu kelompok TDA yang terdiri dari enam santri putri dan seorang mentor melakukan perjalanan ke Padang dengan misi utama “SI Muda Mengajar”. Kegiatan ini berisi sharing edukasi di mana para santri memberikan seminar dan kursus singkat tentang "Mental Belajar" dan "Cara Mencegah Nomophobia", dipilih berdasarkan riset awal mereka tentang maraknya perilaku phubbing di kalangan remaja Padang.
Perjalanan pembelajaran dimulai dengan kunjungan ke Kelompok Wanita Tani (KWT) Nuansa Indah 3. Di sini, santri tidak hanya mempelajari teknik pertanian organik, pembuatan pupuk nabati, dan pengolahan hasil kebun, tetapi juga terlibat dalam dialog inspiratif tentang motivasi menghafal dan mencintai Al-Qur'an.
Interaksi ini menunjukkan bagaimana integrasi nilai spiritual dapat memperkaya pendekatan dalam pengembangan hard skill mereka.
Kunjungan mereka berikutnya ke Dinas Pertanian Kota Padang. Pertemuan ini dibuka dengan diskusi mendalam tentang krisis ekologi dan peluang pemanfaatan teknologi informasi.
Santri ditantang untuk mengaplikasikan kemampuan IT mereka dengan rencana pembuatan video dokumenter di Taman Hutan Raya (Tahura), meskipun kunjungan tersebut akhirnya diurungkan akibat cuaca ekstrem.
Puncak misi akademik mereka adalah penyelenggaraan event "SI Muda Mengajar" di Pesantren Ar Risalah. Dalam dua segmen yang diadakan, santri berhasil menyampaikan materi dengan penuh penghayatan dan penguasaan, menginspirasi ratusan peserta dari kalangan pelajar, orang tua, guru, dan mahasiswa. Mereka bahkan mendapat undangan tambahan untuk berbagi di SDQU, membuktikan dampak positif dari pendekatan edukatif yang mereka bawakan.
Ekspedisi ini diakhiri dengan ujian tak terduga: bencana longsor dan banjir bandang yang melanda Padang. Para santri mengalami isolasi selama hampir dua hari dengan kondisi terbatas.
Pengalaman ini menjadi pelajaran mendalam tentang ikhlas, tawakal, dan ketahanan mental (resilience), mengajarkan mereka bahwa di balik setiap rencana yang berubah, terdapat hikmah dan bentuk kasih sayang Allah bagi orang-orang yang bertawakal.
Penutup: Tadabbur Dream Adventure sebagai Laboratorium Kepemimpinan Masa Depan
Tadabbur Dream Adventure membuktikan diri sebagai inovasi pendidikan yang komprehensif. Beragam ekspedisi—dari pusat teknologi dunia di China, ruang edukasi di Malang, hingga lahan pertanian dan forum masyarakat di Padang—menjadi “kawah candradimuka” pembentuk generasi yang:
- Mampu riset dan berpikir kritis
- Terampil berkomunikasi dan bernegosiasi
- Siap menghadapi risiko dan perubahan
- Tangguh secara mental dan spiritual
- Menguasai teknologi modern
- Mampu memimpin dan bekerja dalam tim
Dan mungkin, di titik ini, kita semua perlu bertanya:
Apakah kita sudah memberi anak-anak kita kesempatan yang sama?
Kesempatan untuk melihat dunia dari dekat, memahami realitas, dan berani mengambil peran dalam memecahkan persoalan umat?
Tadabbur Dream Adventure bukan sekadar program; ia adalah cermin dari apa yang bisa terjadi ketika pendidikan berani melampaui batas kebiasaan. Ketika para pendidik percaya pada potensi muridnya. Ketika Pesantren membuka pintu seluas-luasnya bagi ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemandirian.
Semoga perjalanan para santri Sekolah Impian yang berlokasi di Desa Tenjolaya-Bogor ini menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan lain, orang tua, dan generasi muda di seluruh Indonesia untuk tidak berhenti bermimpi—dan lebih penting lagi, berani mewujudkan mimpi itu melalui aksi nyata.
Karena masa depan tidak dimenangkan oleh mereka yang paling pintar saja, tetapi oleh mereka yang paling sungguh-sungguh belajar, paling berani mencoba, dan paling siap berkontribusi.
Sekolah Impian tidak hanya mendidik santri yang kuat dalam teori, tetapi menyiapkan calon pemimpin, inovator, dan entrepreneur Muslim yang kompeten dan berakhlak mulia—siap menghadapi tantangan dunia yang bergerak semakin cepat.