Peradangan pada gusi bisa berimbas pada penyakit metabolik

Dokter spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Dicky Levenus Tahapary Sp.PD -KEMD Ph.D mengatakan adanya peradangan pada gusi karena gangguan dari pembuluh darah dapat berimbas pada berbagai risiko penyakit metabolik tidak menular.

Update: 2025-12-17 13:10 GMT

Sumber foto: Antara/elshinta.com.

Elshinta Peduli

Dokter spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Dicky Levenus Tahapary Sp.PD -KEMD Ph.D mengatakan adanya peradangan pada gusi karena gangguan dari pembuluh darah dapat berimbas pada berbagai risiko penyakit metabolik tidak menular.

“Kalau ada infeksi di rongga mulut, memang bisa dua. Satu, menimbulkan peradangan yang lebih berat, jadi kalau pasien-pasien sudah dengan faktor risiko misalkan dengan obesitas, pola hidupnya makan fast food banyak, jarang olahraga, dia meningkatkan risiko penyakit tidak menular,” kata Dicky dalam acara diskusi Media & Expert Indonesia Hygiene Forum 2025 di Jakarta, Rabu.

Dicky mengatakan penyakit tidak menular seperti diabetes, stroke, serangan jantung bisa diperparah dengan adanya peradangan pada gigi dan gusi karena disfungsi endotel dan juga proses pembentukan kerak di pembuluh darah.

Infeksi di rongga mulut juga berkontribusi memengaruhi peradangan kronis derajat ringan penyakit metabolik, yang tidak lagi murni karena kolesterol tinggi, gula darah, atau hipertensi. Infeksi juga bisa mengakibatkan limfadenopati atau benjolan di leher.

Dicky mengatakan gejala awal peradangan pada gusi sering tidak disadari pasien dan tidak ada tanda khusus, sama seperti kebanyakan penyakit metabolik lainnya. Pasien biasanya datang ketika sudah mengalami keluhan pada gigi dan ternyata juga ada masalah pada kadar gula darah yang tinggi.

Maka itu pentingnya deteksi dini dari dokter yang merawat saat pasien memeriksakan gigi dan mulut apakah memang perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut atau tidak.

Elshinta Peduli

“Dan seringkali memang, masalah gigi geligi seringkali menjadi titik masuk, ternyata ketahuan ada penyakit yang lain, misalkan ada masalah gigi, ternyata ada diabetes juga, karena gigi banyak yang jarang merawat, diabetes juga sama lah, diabetes 86 persen orang enggak tahu ada diabetes atau enggak, kalau enggak diperiksa. Jadi makanya memang harus dua sisi,” kata Dicky.

Ia menyarankan jika memiliki riwayat penyakit metabolik, maka selain mengendalikan faktor risikonya, perlu juga menjaga kesehatan gigi dan mulut agar tidak menimbulkan sumber peradangan yang meningkatkan risiko penyakit tidak menular lebih parah.

Dia juga mengatakan sebaiknya dokter penyakit dalam dan dokter gigi berkolaborasi untuk memberikan perawatan secara holistik kepada pasien.

Tags:    
Elshinta Peduli

Similar News