Dari Jakarta ke Los Angeles, Kisah Els Hagia menemukan suaranya
Bagi Els Hagia, musik bukan sekadar nada dan lirik. Ia adalah cara untuk berbicara ketika kata-kata terasa terlalu kecil untuk menampung perasaan
Radio Elshinta/ Arie Dwi Prasetyo
Bagi Els Hagia, musik bukan sekadar nada dan lirik. Ia adalah cara untuk berbicara ketika kata-kata terasa terlalu kecil untuk menampung perasaan. Sejak usia delapan tahun, Els sudah merasakan panggung internasional lewat kolaborasi dengan musisi dunia. Namun baru belakangan ini, ia menemukan suara sejatinya: jujur, rapuh, tapi juga penuh kekuatan.
Lagu “I’ll Be Here” adalah salah satunya. Ditulis dari pengalaman pribadi tentang janji untuk selalu hadir bagi orang yang dicintai, lagu ini justru tumbuh menjadi sesuatu yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri. Sejak dirilis pada 2024, ribuan pasangan dari berbagai negara memilihnya sebagai pengiring pernikahan.
Els sendiri sempat terharu ketika diminta menyanyikan “I’ll Be Here” di sebuah pesta pernikahan di Los Angeles. “Saat itu saya menyanyi sambil melihat kedua mempelai berpegangan tangan. Tiba-tiba, lirik yang saya tulis di kamar saya sendiri dulu terasa hidup. Itu momen yang membuat saya sadar, musik bisa benar-benar jadi bagian dari hidup orang lain,” ujarnya pelan.
Bagi seorang remaja yang tumbuh di dua dunia—Indonesia tempat ia berasal, dan Amerika Serikat tempat ia kini meniti karier—perjalanan ini tidak selalu mudah. Ada rasa rindu rumah, ada pula tekanan untuk membuktikan diri di panggung besar. Tetapi, kata Els, setiap lagu yang lahir darinya adalah bagian dari perjalanan itu.
Setelah “I’ll Be Here”, Els bersiap melepas single baru bertajuk “Life Goes On” pada Oktober 2025. Lagu ini ia tulis sebagai refleksi tentang kehilangan dan keberanian untuk melanjutkan hidup. “Hidup memang tidak selalu indah. Tapi kita bisa memilih untuk berdamai, bukan berhenti,” katanya.
Els mungkin masih sangat muda, namun cerita-cerita yang ia tuangkan lewat lagu menunjukkan kedewasaan yang jarang ditemukan pada usianya. Dari ruang rekaman di Los Angeles hingga telinga pendengar di berbagai belahan dunia, Els Hagia membawa kisah-kisah kecilnya menjadi sesuatu yang universal: rasa cinta, kehilangan, dan harapan.
(Arie Dwi Prasetyo)