Pejabat pemerintahan Trump bahas pasukan internasional untuk Gaza

Para pejabat pemerintahan Trump, termasuk utusan Steve Witkoff dan Jared Kushner, Wakil Presiden JD Vance, dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio, telah melakukan pembicaraan rahasia dengan beberapa negara untuk membentuk pasukan internasional bagi Gaza, lapor Axios.

Update: 2025-10-31 08:50 GMT

Sumber foto: Antara/elshinta.com.

Para pejabat pemerintahan Trump, termasuk utusan Steve Witkoff dan Jared Kushner, Wakil Presiden JD Vance, dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio, telah melakukan pembicaraan rahasia dengan beberapa negara untuk membentuk pasukan internasional bagi Gaza, lapor Axios.

Menurut Axios pada Kamis, mengutip sumber yang mengetahui hal itu, para pejabat tersebut berencana untuk mengajukan proposal mereka dalam beberapa minggu mendatang.

Komando Pusat AS mempelopori pengembangan rencana untuk Pasukan Stabilisasi Internasional (ISF), termasuk pembentukan pasukan polisi Palestina baru, yang akan dilatih dan diseleksi oleh AS, Mesir, dan Yordania, bersama dengan personel militer dari negara-negara Arab dan Muslim, menurut laporan tersebut.

Selain Indonesia, Azerbaijan, Mesir, dan Turki, yang telah menunjukkan kesediaan untuk menyumbangkan pasukan, negara-negara lain telah menyuarakan kekhawatiran mereka kepada AS terkait situasi keamanan di Gaza, menurut laporan tersebut.

Salah satu sumber yang terlibat dalam perencanaan tersebut menyatakan bahwa tanpa keamanan dan pemerintahan yang andal di Gaza, yang seharusnya dapat diterima oleh Israel, terdapat risiko terjebak dalam situasi di mana Israel terus-menerus melancarkan serangan terhadap target-target di wilayah kantong Palestina itu.

AS telah menguraikan sarannya mengenai ukuran pasukan internasional. Namun demikian, para pejabat Israel menekankan bahwa penerimaan pasukan tersebut oleh penduduk setempat dan kesediaannya untuk mengambil tindakan tegas jika diperlukan, jauh lebih penting daripada ukurannya, kata laporan itu.

Pada saat yang sama, pejabat Amerika Serikat dan Israel menegaskan bahwa Hamas memanfaatkan gencatan senjata untuk membangun kembali kemampuannya dan memperkuat kendali atas Gaza.

Mereka menambahkan bahwa kelompok tersebut memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk mempersenjatai dan mengonsolidasikan diri, mengingat Israel menguasai setengah wilayah Gaza dan perbatasan dengan Mesir masih ditutup.

Berita ini muncul menyusul eskalasi kekerasan baru-baru ini di Gaza, yang dipicu oleh dugaan serangan terhadap pasukan Israel di Rafah awal pekan ini, yang dibalas dengan serangan udara Israel yang signifikan di Jalur Gaza, meskipun gencatan senjata masih berlangsung.

Tags:    

Similar News