Kemitraan UMKM dan retail modern melesat, 80 persen produk lokal kuasai pasar

Kementerian Perdagangan mendorong retail modern untuk memperkuat kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk memperlancar distribusi serta memperluas pasar produk dalam negeri.

Update: 2025-11-11 13:20 GMT

Sumber foto: Heru Lianto/elshinta.com.

Kementerian Perdagangan mendorong retail modern untuk memperkuat kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk memperlancar distribusi serta memperluas pasar produk dalam negeri.

Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan, kemitraan antara retail modern dan UMKM telah berjalan lebih dari dua dekade dan kini menunjukkan hasil yang positif.

“Dua puluh tahun lalu kita mulai pola kemitraan antara retail modern dengan UMKM. Dulu hanya sekitar 15 persen produk UMKM yang bisa masuk ke retail, sekarang sudah mencapai 80 persen,” kata Budi Santoso kepada Radio Elshinta usai menghadiri peringatan Hari Retail Nasional di Jakarta, Selasa (11/11).

Menurutnya, peningkatan tersebut menandakan daya saing UMKM semakin kuat dan produknya dapat diterima di pasar domestik.

“Kalau produk kita diterima di dalam negeri, artinya produk itu bisa bersaing. Ini salah satu cara menahan laju impor karena masyarakat mengonsumsi produk dalam negeri,” ujarnya.

Budi menambahkan, Kemendag juga mendorong UMKM agar tidak hanya berorientasi pada pasar dalam negeri, tetapi juga mampu menembus pasar ekspor.

Melalui program UMKM Bisa Ekspor, pemerintah memfasilitasi pelaku usaha kecil agar dapat melakukan ekspor dengan pendampingan dari perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri.

“Sejak Januari sampai Oktober tahun ini, sudah ada transaksi sebesar 130,3 juta dolar AS dari UMKM yang sebagian besar belum pernah ekspor sebelumnya,” katanya.

Pada ajang Trade Expo Indonesia 2025, lanjut Budi, nilai transaksi dari sektor UMKM mencapai 474 juta dolar AS dari total keseluruhan 22,83 miliar dolar AS.

“Ini menunjukkan produk UMKM kita tidak hanya diminati di dalam negeri, tetapi juga di pasar global,” ujarnya.

Sementara Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin menyatakan, pihaknya sangat terbuka memperluas kerja sama dengan pelaku UMKM.

“Banyak pelaku UMKM yang dulu omzetnya hanya belasan juta, sekarang sudah miliaran rupiah. Itu hasil dari kemitraan dengan retail modern,” katanya.

Solihin menekankan pentingnya mutu, kualitas, dan kontinuitas pasokan agar kerja sama tetap berkelanjutan.

“Mutu dan kontinuitas itu penting. Jangan sampai hari ini barangnya ada, dua minggu lagi tidak ada. Itu yang kami tekankan,” ujarnya.

Ia menambahkan, beberapa anggota Aprindo bahkan telah membuka jaringan di luar negeri, namun masih menghadapi kendala terkait masa kedaluwarsa produk. Pasalnya beberapa negara tertentu mewajibkan masa kedaluwarsa produk minimal satu tahun

"Sementara produk UMKM kita rata-rata enam sampai delapan bulan, jadi sulit diterima. Kami berharap dukungan Kementerian Perdagangan untuk membantu hal tersebut,” kata Solihin seperti dilaporkan Reporter Elshinta, Heru Lianto, Selasa (11/11). 

Tags:    

Similar News