9 Oktober 1945: Medan bergejolak usai proklamasi
Prasasti Medan Area di bekas markas NICA, Medan — mengenang korban dan perlawanan rakyat setelah kedatangan Sekutu dan NICA pada 9 Oktober 1945. (Wikimedia Commons)
Situasi di Sumatera Utara memanas hanya dua bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada hari itu, pasukan Sekutu yang didukung oleh tentara Belanda (NICA) mendarat di Medan dengan alasan melucuti tentara Jepang dan memulangkan tawanan perang. Namun, kedatangan mereka justru memicu ketegangan dan bentrokan dengan rakyat serta para pejuang kemerdekaan.
Kehadiran pasukan Sekutu di bawah pimpinan Inggris itu semula diklaim bertujuan menjaga keamanan. Namun, rakyat dan pejuang Indonesia mencurigai kehadiran mereka karena diikuti oleh aparat NICA yang ingin mengembalikan kekuasaan Belanda di tanah air. Ketegangan meningkat ketika pasukan Sekutu mulai menduduki beberapa gedung strategis di Medan dan mengibarkan bendera Belanda.
Insiden di Medan ini menjadi salah satu titik awal perlawanan rakyat terhadap upaya kembalinya penjajahan. Pada hari yang sama, ribuan pemuda dan pejuang Medan berkumpul untuk menyatakan penolakan terhadap kehadiran Sekutu dan NICA. Mereka menuntut agar pasukan asing tidak mengganggu kedaulatan Indonesia yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Pertemuan yang awalnya berlangsung tegang berubah menjadi bentrokan fisik di beberapa titik di Medan, termasuk sekitar gedung-gedung pemerintahan yang dikuasai Sekutu. Tindakan pengibaran bendera Belanda oleh pihak NICA memicu kemarahan rakyat. Banyak pemuda Medan yang turun ke jalan untuk menurunkan bendera itu dan menggantinya dengan Merah Putih.
Bentrokan yang terjadi pada 9 Oktober 1945 ini kemudian menjadi awal dari serangkaian perlawanan rakyat di Sumatera Utara yang dikenal sebagai Revolusi Sosial dan pertempuran mempertahankan kemerdekaan. Peristiwa itu juga menegaskan tekad rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan dari ancaman kembalinya kolonialisme Belanda melalui tangan Sekutu.
Hingga kini, peristiwa tersebut dikenang sebagai salah satu momen penting perjuangan rakyat Sumatera Utara dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia setelah proklamasi.