Muria Batik, hidupkan batik tulis khas Kudus yang mati suri
Deretan batik dengan motif khas Kudus seperti kapal kandas, parijoto, beras tumpah, menara dan cerita rakyat tradisi bulusan terpanjang di galeri Muria Batik milik Yuli Astuti yang berada di Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Elshinta.com - Deretan batik dengan motif khas Kudus seperti kapal kandas, parijoto, beras tumpah, menara dan cerita rakyat tradisi bulusan terpanjang di galeri Muria Batik milik Yuli Astuti yang berada di Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Batik-batik tersebut hanya beberapa contoh saja sebab ada puluhan motif hasil tangan terampilnya dengan 30 motif sudah dipatenkan.
Keberadaan Muria Batik terbukti mengembalikan gairah keberadaan batik khas Kudus. Didukung program pendanaan usaha mikro dan kecil (PUMK) oleh Pertamina yang berkomitmen mendampingi mitra binaannya berdaya dan melestarikan budaya sekitar. Ternyata sangat membantu para pengusaha UMKM, seperti yang dirasakan oleh pemilik Muria Batik.
Berawal dari keprihatinannya pada tahun 2005, hanya tersisa satu orang pembatik paruh baya yang masih membuat batik dengan motif ciri khas Kudus, Yuli akhirnya meneliti motif-motif batik kudus hingga ke Gunung Muria untuk menggali sejarah motif kapal kandas salah satu karyanya yang ikonik. Justru inilah yang menjadi titik balik keberhasilannya sekarang. Melalui selembar batik, Yuli berusaha menghidupkan legenda Kapal Kandas termasuk juga motif lainnya yang merupakan asli Kudus.
“Dahulu kala, Gunung Muria masih berupa laut, kapal yang dibawa oleh Laksamana Cheng-Ho, kandas menabrak Gunung Muria saat membawa rempah-rempah hasil bumi tanah Jawa, salah satu rempahnya adalah buah Parijoto” papar Yuli seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Sutini, Minggu (31/10).
Lembaran kain-kain batik yang bercerita tentang legenda Kota Kudus tersebut terkenal di era Tahun 1940 hingga tahun 1970. Kemudian di medio 1970, batik Kudus mulai mengalami pasang surut karena peralihan tren industri di kabupaten Kudus. Paham dengan sejarah jatuh bangun industri batik di kota kelahirannya tersebut, Yuli bertekad untuk menjadi sociopreneur dengan melakukan pelatihan bagi anak-anak sekolah, anak-anak difabel dan perempuan disekitar tempat usahanya untuk membatik.
“Ini warisan budaya Indonesia, dan sudah menjadi kewajiban kita untuk dapat memberikan warisan budaya ini kepada generasi selanjutnya (anak-anak)” ungkapnya.
Perjuangan Yuli untuk menghidupkan batik Kudus tidaklah mudah karena dia harus belajar membatik ke Surakarta dan Yogyakarta dengan naik sepeda motor melewati hutan jati di wilayah Kabupaten Grobogan. Bahkan pernah mengalami kejadian sepeda motor mogok pada malam hari di jalur tengah hutan antara Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Sragen. Tidak hanya itu sulitnya mencari pembatik di Kudus membulatkan tekadnya untuk mengajari orang-orang yang berniat membatik.
Suka duka yang dilalui, kini berbuah manis karena sekarang banyak warga Kudus yang mulai mengenal batik khas Kudus yang digunakan untuk seragam perkantoran atau sekolah. Bahkan peminat batik khas Kudus yang dibuat antara 3 - 6 bulan sampai ke luar daerah dan luar negeri.
Atas komitmen dan dedikasinya tersebut, Yuli yang menjadi mitra binaan di tahun 2017, setahun kemudian dianugerahi penghargaan juara pertama untuk Local Hero Pertamina 2018. Beragam pelatihan dan pameran telah dia dapatkan melalui Pertamina, baik di mancanegara seperti di Malaysia hingga pameran virtual yang baru-baru ini dilaksanakan yaitu Pertamina SMEXPO 2021.
Ditengah Pandemi Covid-19 ini, Yuli mengandalkan pasar online untuk memasarkan daganganya. Mengikuti pameran virtual dan menjadi narsum webinar menjadi berkah agar dapat bertahan. "Alhamdulillah dengan ikut pameran virtual banyak pecinta batik dari luar negeri yang membeli batik tulis premium sehingga tetap bisa produksi", imbuh Yuli.
Area Manager Comm, Rell & CSR Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho, mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh Yuli Astuti dalam melestarikan warisan budaya Batik di Kudus ini. “Melalui industri batik, mereka telah memberikan dua manfaat yaitu melestarikan budaya Indonesia dan turut meningkatkan nilai ekonomi bagi lingkungan sekitarnya", ujar Brasto.
Sementara itu, untuk UMKM binaan di Kabupaten Kudus ada 23 mitra binaan. Untuk target penyaluran Program Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil (PPUMK) Regional Jawa Bagian Tengah (Jateng & DIY) Pertamina 2021yakni Rp7,5 milyar dengan realisasi hingga saat ini Rp7,2 milyar.