BPBD Gunung Kidul imbau masyarakat waspadai potensi tanah longsor
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat di zona merah potensi bencana longsor selalu waspada dengan gejala alam karena dari 30 unit sistem peringatan dini, tinggal 10 unit yang berfungsi.
Elshinta.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat di zona merah potensi bencana longsor selalu waspada dengan gejala alam karena dari 30 unit sistem peringatan dini, tinggal 10 unit yang berfungsi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul Edy Basuki di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan pihaknya telah memasang sedikitnya 30 unit sistem peringatan dini (EWS) di wilayah yang berpotensi tinggi terjadinya tanah longsor, namun tinggal 10 unit yang masih berfungsi.
"Kami mengimbau masyarakat, khsususnya yang berada di wilayah potensi tanah longsor selalu waspada dengan gejala alam. Bila terjadi intensitas hujan tinggi dalam waktu lama, silakan mengungsi ke tempat yang aman," imbau Edy.
Ia mengatakan 10 EWS yang aktif, mayoritas berada di zona utara wilayah Gunung Kidul atau kawassan Batur Agung, seperti Patuk Ngawen, Gedangsari, Nglipar dan Semin atau wilayah yang paling berpotensi mengalami longsor.
Kerusakan EWS disebabkan sejumlah faktor karena sudah lama, kurangnya perawatan jadi pemicu. Namun pihaknya tidak memiliki wewenang apalagi anggaran untuk melakukan perawatan.
"Perawatan EWS dan sebagainya sudah kami serahkan ke desa karena sudah jadi aset mereka. Kami berharap desa menganggarkan untuk perawatan alat dan penanganan bencana," katanya.
Selanjutnya, kata Edy, pemetaan lain juga dilakukan terhadap potensi bencana banjir di sepanjang aliran Sungai Oya dan Ngalang. Termasuk potensi banjir genangan di Saptosari, Semanu, Purwosari, Tanjungsari, Tepus dan Girisubo.
"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan yang mengakibatkan aliran sungai tersumbat," katanya.