Jadi tersangka, Abdul Haris minta jenazah korban Tragedi Kanjuruhan diautopsi 

Elshinta.com, Manajemen dan Panpel Arema siap menghormati dan mengikuti proses hukum pasca Kapolri menetapkan Abdul Haris, Ketua Panpel Arema sebagai tersangka dari total 6 tersangka tragedi Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) yang menewaskan ratusan orang.

By :  Darmadi
Update: 2022-10-08 16:58 GMT
Stadion Kanjuruhan. Sumber foto: El Aris/elshinta.com.

Elshinta.com - Management  dan Panpel Arema siap menghormati dan mengikuti proses hukum pasca, Kapolri menetapkan Abdul Haris, Ketua Panpel Arema sebagai tersangka dari total 6 tersangka tragedi Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) yang menewaskan 131 orang.

“Sebagai Panpel saya siap menanggung risikonya, namun bagaimana dengan para korban yang meninggal dunia,” kata Abdul Haris, Ketua Panpel Arema saat memberikan keterangan di Kantor Arema Malang seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, El Aris, Sabtu (8/11). 

Ditambahkan Haris, menjadi panpel Arema bagi dirinya hanyalah beban. “Saya mau menjadi panpel meski sudah berulang kali mengundurkan diri tetap ditolak dan hanya berdasarkan panggilan hati,” ujarnya.

Pada awak media, Abdul Haris menilai penetapannya sebagai tersangka tidak sepadan dengan risiko yang ditanggung.

“Pada 2018 saya pernah dihukum 20 tahun oleh PSSI namun banding akhirnya bebas dan tahun ini jadi tahun ini sangat berat tapi saya siap untuk itu,” akunya.

Dalam pertemuan ini, baik manajemen Arema, Ali Fikri dan Panpel Abdul Haris sama-sama memaparkan kronologis sebelum pertandingan hingga terjadinya tragedi yang menewaskan 131 orang termasuk tiket hingga pintu darurat yang terkunci.

Menurut Haris, tiket sesuai dengan koordinasi pihak kepolisian meminta dikurangi hingga 38 ribu, namun saat kita koordinasi lagi kepolisian menjawab tiket dicetak 42 ribu. Sedangkan terkait pintu terkunci panpel membantah kalau pihaknya mengunci pintu-pintu tersebut.

"Sekali lagi saya siap untuk menanggung risiko yang terjadi namun saya juga mengetuk sisi kemanusiaan dari pihak-pihak lain soal gas air mata karena tahun 2018 juga pernah terjadi 200 orang terluka, satu meninggal dunia dan tahun ini justru aneh gas air mata apa yang dipakai dan saya meminta Aremania se- Indonesia mengawal dan mengusut tuntas kasus tersebut bila perlu minta dilakukan autopsi para korban agar diketahui penyebab pasti tewasnya penonton,” tandasnya.

Tags:    

Similar News